Pages

Monday, September 8, 2014

Ruang Lingkup Aksiologi


Pengertian Aksiologi 
          Secara etimologis aksiologi berasal dari kata axios dan logos.Axios berarti nilai danlogos berarti ilmu atau teori. Aksiologi atau theori of value yaitu suatu ilmu yang membahas nilai secara filosofis, yaitu pembahasan nilai sampai pada inti atau hakikat. Hakikat sendiri mempunyai arti sesuatu yang adanya harus ada atau tidak boleh tidak ada.




Sejarah Pemikiran Tentang Nilai
           Persoalan tentang nilai sebenarnya telah dibahas sejak jaman yunani kuno, tetapi belum dirumuskan secara sistematik. Plato telah mengemukakan pendapat tentang ide kebaikan sebagai ide tertinggi. Pada saat itu belum jelasbahwa kebaikanmerupakan nilai. Persoalan tentang nilai selanjutnya mendapatkan  perhatian dari Aristoteles, kaum Stoa, Thomas Aquinas, Immanuel Kant, Spinoza, tetapi belum menjadi kajian teoritik yang sistematis.
          Filsafat yunani kuno sudah menyadari bahwa perjalanan hidup manusia dipengaruhi oleh dunia luar yang ditekankan bahwa hakikat sesuatu ada di luar diri manusia yang sifatnya dapat diamati secara inderawi. Semula orang berpandanganbahwa arche segala sesuatu adalah air, api, udara, apeiron, yang kesemuanaya dapat diamati oleh indra. Pandangan ini kemudian berkembang dan mulai mengenal dunia esensi. Perkembangan selanjutnya bahwa hakikat segala sesuatu ada hubungannya dengan gejala-gejala lain yang berupa fenomena psikis yang terdapat pada manusia. Gejala-gejala psikis ini di pengaruhi pada pandangan manusia mengenai nilai. Gejala psikis misalnya, pikiran, perasaan, kehendak, kepercayaan, harapan yang tidak bisa ditangkap oleh indra. Perkembangna pemikiran ini dikenal dengan adanya tiga sektor realitas yaitu inderawi, esensi, fenomena psikis.
        Aksiologi sendiri merupakan cabang filsafat yang relatif baru, karena munculnya baru pada pertengahan abad ke-19. Penemuan cabang filsafat ini di pandang sebagai The Greatest Philosopical Achievement of the 19 th Century. Pemikiran tentang masalah keindahan, kebaikan dan kekhudusan telah muncul dalam pembahasan yang berdiri sendiri-sendiri. Permasalahan-permasalahan tersebut dibahas dari sudut pandang yang khas. Yaitu dari sudut pandang hakikat nilai.
          Aksiologi merupakan salahsatu penemuan penting dalam filsafat dewasa ini. Aksiologi secara mendasar mengadakan perbedaan antara nilai (being) dengan nilai (value). Aksiologi membedakan permasalahan nilai, seperti keindahan, kebaikan, dan kekhudusandari permasalaahan ada dan membahasnya sari suatu sudut pandang, yaitu hakikat nilai. Sejak abad ke 19 itu, permasalahan hakikat nilai mulai dibedakan dari permasalaahan hakikat ada.

Objek Formal Aksiologi
Filsafat. Dengan metode pertanyaan-pertanyaan yan gkritis dan reflektif.

Objek Material Aksiologi
Nilai.

Persoalan Nilai
Hakikat Nilai
          Pengertian nilai tidak dapat dilepaskan dari pengembannya. Nilai tidak tidak ada dalam dirinya sendiri. Nilai hakikatnya adalah kualitas. Banyak pendapat yang mereduksi nilai dengan objek materi yang dilekatinya alias pengembannya. Nilai tidak ada dalam dirinya sendiri, tetapi tergantung pada pengemban atau penopangnya. Pengemban pada umumnya adalah substansi yang berwujud. Suatu ada (being) didalamnya bisa terdapat unsur nilai (value) dan juga bisa tidak ada unsur nilainya, tetapi nilai (value) harus dipastikan bersamaan dengan ada (being). Nilai bukanlah merupakan benda atau pengalaman, juga buka nmerupakan esensi; nilai adalah nilai. Nilai adalah sebagai kualitas yang real ada pada suatu ada (being).
           Ciri khas dasar lain dari nilai adalah polaritas. Sedangkan benda itu ada sebagaimana adanya, nilai seolah-olah menampilkan dirinya dengan disingkapkan oleh salah satu aspek positif dan dalam aspek negatif yang sesuai. Seperti baik dengan jahat, tampan dengan jelek dll. Selain itu nilai juga tersusun secara hirarkhis, yakni ada nilai yang lebih tinggi dan ada nilai yang lebih rendah. Susunan hirarkhis nilai janganlah dikacaukan dengan klasifikasinya, karena klasifikasi tidak mesti berarti urutan pentingnya. Keberadaan urutan hirarkhis merupakan sebuah rangsangan yang menyegarkan bagi tindakan kreatif dan peninggian moral. Makna hidup yang kreatif dan tinggi secara fundamental berdasarkan atas penerimaan nilai positif, sebagai yang dilawankan dengan nilai negatif.  
          Dalam suatu keadaan yang ada (being) akan selalu terdapat dua kategori yaitu nilai dan pengemban nilai. Nilai kita namakan Carier of Value sedangkan pengembannya dinamakan Locus of Value. Dalam satu kesatuan tersebut dinamakan Object of Value. Sedangkan kita manusia yang sedang melakukan pengamatan dengan mengunakan teori-teori aksiologi terhadap suatu objectdisebut subyek. Predikatnya adalah subyek yang sedang melakukan pengamatan untuk bahan perenungan yang akan dilanjutkan dengan penerapan-penerapan nilai dalam kehidupan bermasyarakat sekaligus sebagai lahan uji coba teori-teori baru hasil penemuannya.

Sumber:     kuliah dosen Bu Jirzanah, mata kuliah Aksiologi.
                   Frondizi, Risieri. Pengantar Filsafat Nilai.Yogyakarta: pustaka pelajar, 2001
                  
                  

No comments:

Post a Comment