Pengertian Aksiologi
Secara etimologis aksiologi berasal
dari kata axios dan logos.Axios berarti nilai danlogos
berarti ilmu atau teori. Aksiologi atau theori
of value yaitu suatu ilmu yang membahas nilai secara filosofis, yaitu
pembahasan nilai sampai pada inti atau hakikat. Hakikat sendiri mempunyai arti sesuatu
yang adanya harus ada atau tidak boleh tidak ada.
Sejarah Pemikiran
Tentang Nilai
Persoalan tentang nilai sebenarnya
telah dibahas sejak jaman yunani kuno, tetapi belum dirumuskan secara
sistematik. Plato telah mengemukakan pendapat tentang ide kebaikan sebagai ide
tertinggi. Pada saat itu belum jelasbahwa kebaikanmerupakan nilai. Persoalan tentang
nilai selanjutnya mendapatkan perhatian
dari Aristoteles, kaum Stoa, Thomas Aquinas, Immanuel Kant, Spinoza, tetapi
belum menjadi kajian teoritik yang sistematis.
Filsafat yunani kuno sudah menyadari
bahwa perjalanan hidup manusia dipengaruhi oleh dunia luar yang ditekankan bahwa
hakikat sesuatu ada di luar diri manusia yang sifatnya dapat diamati secara
inderawi. Semula orang berpandanganbahwa arche
segala sesuatu adalah air, api, udara, apeiron,
yang kesemuanaya dapat diamati oleh indra. Pandangan ini kemudian berkembang
dan mulai mengenal dunia esensi. Perkembangan selanjutnya bahwa hakikat segala
sesuatu ada hubungannya dengan gejala-gejala lain yang berupa fenomena psikis
yang terdapat pada manusia. Gejala-gejala psikis ini di pengaruhi pada pandangan
manusia mengenai nilai. Gejala psikis misalnya, pikiran, perasaan, kehendak,
kepercayaan, harapan yang tidak bisa ditangkap oleh indra. Perkembangna
pemikiran ini dikenal dengan adanya tiga sektor realitas yaitu inderawi, esensi, fenomena psikis.
Aksiologi sendiri merupakan cabang filsafat
yang relatif baru, karena munculnya baru pada pertengahan abad ke-19. Penemuan
cabang filsafat ini di pandang sebagai The
Greatest Philosopical Achievement of the 19 th Century. Pemikiran tentang
masalah keindahan, kebaikan dan kekhudusan telah muncul dalam pembahasan yang
berdiri sendiri-sendiri. Permasalahan-permasalahan tersebut dibahas dari sudut
pandang yang khas. Yaitu dari sudut pandang hakikat nilai.
Aksiologi merupakan salahsatu penemuan
penting dalam filsafat dewasa ini. Aksiologi secara mendasar mengadakan
perbedaan antara nilai (being) dengan nilai (value). Aksiologi membedakan
permasalahan nilai, seperti keindahan, kebaikan, dan kekhudusandari
permasalaahan ada dan membahasnya sari suatu sudut pandang, yaitu hakikat
nilai. Sejak abad ke 19 itu, permasalahan hakikat nilai mulai dibedakan dari
permasalaahan hakikat ada.
Objek Formal Aksiologi
Filsafat. Dengan metode pertanyaan-pertanyaan yan
gkritis dan reflektif.
Objek Material
Aksiologi
Nilai.
Persoalan Nilai
Hakikat Nilai
Pengertian nilai tidak dapat
dilepaskan dari pengembannya. Nilai tidak tidak ada dalam dirinya sendiri.
Nilai hakikatnya adalah kualitas. Banyak pendapat yang mereduksi nilai dengan
objek materi yang dilekatinya alias pengembannya. Nilai tidak ada dalam dirinya
sendiri, tetapi tergantung pada pengemban atau penopangnya. Pengemban pada
umumnya adalah substansi yang berwujud. Suatu ada (being) didalamnya bisa
terdapat unsur nilai (value) dan juga bisa tidak ada unsur nilainya, tetapi
nilai (value) harus dipastikan bersamaan dengan ada (being). Nilai bukanlah
merupakan benda atau pengalaman, juga buka nmerupakan esensi; nilai adalah
nilai. Nilai adalah sebagai kualitas yang real ada pada suatu ada (being).
Ciri khas dasar lain dari nilai adalah
polaritas. Sedangkan benda itu ada sebagaimana adanya, nilai seolah-olah
menampilkan dirinya dengan disingkapkan oleh salah satu aspek positif dan dalam
aspek negatif yang sesuai. Seperti baik dengan jahat, tampan dengan jelek dll. Selain
itu nilai juga tersusun secara hirarkhis, yakni ada nilai yang lebih tinggi dan
ada nilai yang lebih rendah. Susunan hirarkhis nilai janganlah dikacaukan
dengan klasifikasinya, karena klasifikasi tidak mesti berarti urutan
pentingnya. Keberadaan urutan hirarkhis merupakan sebuah rangsangan yang
menyegarkan bagi tindakan kreatif dan peninggian moral. Makna hidup yang
kreatif dan tinggi secara fundamental berdasarkan atas penerimaan nilai
positif, sebagai yang dilawankan dengan nilai negatif.
Dalam suatu keadaan yang ada (being) akan selalu terdapat dua kategori
yaitu nilai dan pengemban nilai. Nilai kita namakan Carier of Value sedangkan pengembannya dinamakan Locus of Value. Dalam satu kesatuan
tersebut dinamakan Object of Value.
Sedangkan kita manusia yang sedang melakukan pengamatan dengan mengunakan
teori-teori aksiologi terhadap suatu objectdisebut subyek. Predikatnya adalah
subyek yang sedang melakukan pengamatan untuk bahan perenungan yang akan
dilanjutkan dengan penerapan-penerapan nilai dalam kehidupan bermasyarakat
sekaligus sebagai lahan uji coba teori-teori baru hasil penemuannya.
Sumber: kuliah dosen Bu Jirzanah, mata kuliah
Aksiologi.
Frondizi, Risieri. Pengantar Filsafat Nilai.Yogyakarta:
pustaka pelajar, 2001
No comments:
Post a Comment