Pages

Saturday, December 7, 2013

ASAS-ASAS FILSAFAT
(HAKEKAT PENGETAHUAN) 
Dosen:
Drs. Sudaryanto, M.Hum.
Oleh:
Ahmad Yani Fathur Rohman(13/349465/fi/03809)

pengantar
            Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi,hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas adalah benar atau berguna.
            Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
            Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan datasekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Ini lah yang disebut potensi untuk menindaki.
Khususnya dalam pokok bahasan Manajemen Pengetahuan, terdapat dua jenis utama pengetahuan bila dilihat dari perihal eksplisitasnya:
Pengetahuan Implisit
            Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan diam seseorang biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan. Kemampuan berbahasa, mendesain, atau mengoperasikan mesin atau alat yang rumit membutuhkan pengetahuan yang tidak selalu bisa tampak secara eksplisit, dan juga tidak sebegitu mudahnya untuk mentransferkannya ke orang lain secara eksplisit.
            Contoh sederhana dari pengetahuan implisit adalah kemampuan mengendara sepeda. Pengetahuan umum dari bagaimana mengendara sepeda adalah bahwa agar bisa seimbang, bila sepeda oleh ke kiri, maka arahkan setir ke kanan. Untuk berbelok ke kanan, pertama belokkan dulu setir ke kiri sedikit, lalu ketika sepeda sudah condong ke kenan, belokkan setir ke kanan. Tapi mengetahui itu saja tidak cukup bagi seorang pemula untuk bisa menyetir sepeda.
            Seseorang yang memiliki pengetahuan implisit biasanya tidak menyadari bahwa dia sebenarnya memilikinya dan juga bagaimana pengetahuan itu bisa menguntungkan orang lain. Untuk mendapatkannya, memang dibutuhkan pembelajaran dan keterampilan, namun tidak lantas dalam bentuk-bentuk yang tertulis. Pengetahuan implisit seringkali berisi kebiasaan dan budaya yang bahkan kita tidak menyadarinya.

Pengetahuan Eksplisit
            Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata berupa media atau semacamnya. Dia telah diartikulasikan ke dalam bahasa formal dan bisa dengan relatif mudah disebarkan secara luas. Informasi yang tersimpan di ensiklopedia (termasuk Wikipedia) adalah contoh yang bagus dari pengetahuan eksplisit.
            Bentuk paling umum dari pengetahuan eksplisit adalah petunjuk penggunaan, prosedur, dan video how-to. Pengetahuan juga bisa termediakan secara audio-visual. Hasil kerja seni dan desain produk juga bisa dipandang sebagai suatu bentuk pengetahuan eksplisit yang merupakan eksternalisasi dari keterampilan, motif dan pengetahuan manusia.
Bagaimana membuat pengetahuan implisit menjadi eksplisit merupakan fungsi utama dari strategi Manajemen Pengetahuan.
Pengetahuan empiris
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.
Pengetahuan rasionalisme
            Pengetahuan rasionalisme adalah pengetahuan yang diperoleh melalui akal budi. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi.
Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:
Pendidikan
            Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

Media
            Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
Informasi
            Pengertian informasi menurut Oxford English Dictionary, adalah "that of which one is apprised or told: intelligence, news". Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, basis data. Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi.

2.   Dari Segi Hakikat Pengetahuan

a.   Idealisme
Idealisme berasal dari bahasa latin idea yang berarti gagasanatau ide. Sesuai dengan arti asal katanya, idealisme menekankan gagasan, ide, isi pikiran, buah mental. Adapun yang tampak dianggap kalah benar, kalah nyata, kalah bernilai.
Dalam etika, idealisme berpendapat bahwa nilai etis, yang baik, adalah hal mental, perkara spiritual. Yang baik bukanlah ada pada hidup, prilaku, dan perbuatan nyata, tetapi ada dalam angan-angan, pikiran dan budi.betapa pun baiknya, suatu hidup, prilaku, perbuatan tak ada yang sempurna. Kebaikan mutlak dan penuh, tanpa kekurangan dan cacat apa pun, hanya ada dalam mental.   
Idealisme berpendirian bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental ataupun proses-proses psikologis yang sifatnya subjektif. Pengetahuan merupakan gambaran subjektif tentang kenyataan. Pengetahuan tidak rnenggambarkan kebenaran yang sesungguhnya atau pengetahuan tidak memberikan gambaran yang tepat tentang hakikat sesuatu yang berada di luar pikiran.
Idealisme adalah doktrin apapun yang meyakini bahwa realitas pada hakikatnya bersifat mental. Bentuk utama idealisme meliputi 1. idealisme subjektif atau disebut juga imaterialisme tokohnya berkeley yang meyakini bahwa yang eksis berarti dapat dicerap dan dipahami. 2. Idealisme absolut dan idealisme trasedental meyakini bahwa jiwa/pikiran hanya bisa dipahami secara tepat sebagai produk dari proses-proses alami.



b.   Empirisme
Adalah aliran permanen dalam filsafat yang berusaha mengikat pengetahuan-pengetahuan kepada pengalaman. Pengalaman dianggap entah sebagai kandungan-kandungan indrawi bagi kesadaran, atau sebagai apa pun yang di ekspresikan di sejumlah kelas yang dimaksud sehinggan dapat di amati benar tidaknya lewat penggunaan indra-indra. Empirisme menyangkal adanya pengetahuan di luar apa pun yang diberikan oleh teorisasi yang masuk akal tentang basis ini.
Seorang empirisis menyatakan bahwa konsep-konsep bergantung sepenuhnya kepada pengalaman. Nihil in intellectu nisi prius in sensu(tidak ada dalam hal intelektualitas yang tidak terkandung sebelumnya dalam indra)
Empirisme berpendirian bahwa hakikat pengetahuan adalah berupa pengalaman. David Hume termasuk dalam empirisme radikal. Ia menyatakan bahwa idea-idea dapat dkembalikan pada sensasi-sensai (rangsang indra). Pengalaman merupakan ukuran terakhir dan kenyataan. William James menyatakan bahwa pemyataan tentang fakta adalah hubungan di antara benda-benda dan sama banyaknya dengan pengalaman khusus yang diperoleh  secara langsung dengan indra.

c.   Positivisme
Positivisme berpendirian bahwa kepercayaan yang dogmatis harus digantikan dengan pengetahuan faktawi. Apapun yang berada di luar dunia pengalaman tidak perlu diperhatikan. Manusia harus menaruh perhatian pada dunia ini Sikap negative positivisme terhadap kenyataan yang diluar pengalaman telah mempengaruhi berbagai bentuk pemikiran modern, yaitu pragmatisme, instrumentalisme, naturalisme ilmiah, dan behaviorisme. Penganut analis filsafati dewasa ini pada umumnya adalah penganut empirisme. Beberapa tokoh diantaranya mengatakan bahwa pemyataan yang mengandung arti adalah pernyataan yang dapat diverifikasi secara empiris. Pernyataan yang tidak berdasar pengalaman atau tidak dapat diverifikasi dianggap tidak bermakna atau bukan merupakan pengetahuan.  
Positivisme comte, meyakini kalau bentuk tertinggi atau satu-satunya pengetahuan adalah pendeskripsian fenomena indra. Comte yakin ada tiga tahap dalam keyakinan manusia: teologis,metafisik dan akhirnya positif. Dalam tulisannya, keyakinan di asosiasikan dengan optimisme tentang jangkauan sains dalam manfaat dari sosiologi yang sungguh ilmiah.
Pada abad ke-19, positivisme juga di asosiasikan dengan teori evolusi, dan penanganan naturalistik apa pun yang ketat terhadap kehidupan menusia. Turunan filsafat positivisme meliputi filsafat mach dan positivisme logis.

d.   Pragmatisme
pragmatisme mempunyai akar dari bahasa yunani, pragmatikos, dalam bahasa latin menjadi pragmaticus. Arti harfiahnya adalah cakap dan berpengalaman dalam urusan hukum, perkara negara, dan dagang. Sebagai aliran filsafat pragmatisme berpendapat bahwa pengetahuan dicari bukan sekedar untuk tahu demi tahu, melainkan untuk mengerti masyarakat  dan dunia. Pengetahuan bukan hanya sekedar objek pengertian, perenungan atau kontemplasi, tetapi untuk berbuat sesuatu bagi kebaikan, peningkatan serta kemajuanmasyarakat dan dunia.
Pragmatisme lebih memprioritaskan tindakan daripada pengetahuan dan ajaran. Pendirian pragmatis mungkin lahir sebagai tanggapan kecewa terhadap kenyataan hidup yang ada. Rasa kecewa muncul muncul karena mendapati berbagai tindak tidak konsisten dan konsekuen dalam hidup. Baik dalam agama, budaya dan adat.atau mungkin lahir muncul dari hati tulus dan kehendak baik untuk mau terlibat dan mau memberi sumbangan nyata bagi kemajuan dan kesejahteraan dunia.
 Pragmatisme tidak mempersoalkan apa hakikat pengetahuan, tetapi menanyakan apa guna pengetahuan tersebut. Daya pengetahuan hendaklah dipandang sebagai sarana bagi perbuatan. CS. Pierce menyatakan bahwa yang penting adalah pengaruh apa yang dapat dilakukan sebuah ide atau suatu pengetahuan dalam suatu rencana. Pengetahuan kita tidak lain merupakan gambaran yang kita peroleh tentang akibat yang dapat kita saksikan, Nilai dan suatu pengertian atau pengetahuan bergantung pada penerapannya yang nyata dalam masyarakat. Pengetahuan yang  dimiliki manusia dikatakan benar tidak karena pengetahuan itu mencerminkan  kenyataan, tetapi dikatakan benar kalau dapat membuktikan manfaatnya bagi umum.
Sebagai paham etis pragmatisme menyatakan bahwa yang baik adalah yang dapat dipraktekkan, berdampak positif dan bermanfaat. Ada lima pembagian: 1. Kebaikan yang dilihat dari manfaatnya tidak dapat dimengerti. 2. Kebaikan yang dilaksanakan malah mencelakakan. 3. Antara kebaikan dan pelaksanaan tidak ada hubungannya langsung. 4. Pragmatisme dalam praktek dapt berubah menjadi paham utilitarisme. 5. Pragmatisme dapat berubah menjadi paham egoistik.  
William James menyatakan bahwa ukuran kebenaran sesuatu itu ditentukan oleh akibat praktisnya. Sesuatu pengertian tidak pernah benar, tetapi pengertian hanya dapat menjadi benar. Ukuran kebenaran hendaknya dicari dalam tingkatan seberapa jauh manusia sebagai pribadi dan secara psikis merasa puas.
John Dewey menyatakan bahwa tidak perlu mempersoalkan kebenaran suatu pengetahuan, tetapi sejauh mana kita dapat memecahkan persoalan yang timbul dalam masyarakat. Bagi John Dewey, kegunaan atau kemanfaatan untuk umum hendaknya menjadi ukuran, sedangkan daya untuk mengetahui dan daya untuk berpikir merupakan sarana. Bukan pengetahuan itu sendiri yang benar, melainkan pengertian itu baru menjadi benar dalam rangka proses penerapannya. Dengan demikian, pengetahuan bersifat dinamis karena harus sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang silih berganti dan yang mencerminkan hakikat alam semesta ini.
  
Daftar Pustaka
Sudaryanto, Drs, M.Hum. Modul Mata Kuliah Berbasis Riset Kegiatan Peningkatan Mutu Akademik WCRU  Fakultas Filsafat UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2009 (Asas Asas Filsafat). Yogyakarta. 2009.
Mangunhardjana, A. Isme-Isme dalam Etika dari A sampai Z. Yogyakarta:kanisius, 1997.
Blackburn, simon. Kamus filsafat. Yogyakarta:pustaka pelajar,2013




No comments:

Post a Comment