Pages

Saturday, December 7, 2013

FILSAFAT INDIA(JAINISME)
    
Dosen:
Drs. Subari, M.S.
oleh:
Ahmad Yani Fathur Rohman(13/349465/fi/03809)

            (tambahan)Jainisme adalah salah satu ajaran paham jaina di india, yang golongkan ke dalam nastika(heterodoks)karena tidak mengakui otoritas veda. Tradisi yang dikembangkan adalah heterodoks , atheisme namun spiritual. Jaina merupakan sebuah agama minoritas, yang masih hidup hingga saat ini di india.
Dapat dijelaskan lebih ringkas, agar kita dapat mengetahui lebih dekat dengan apa yang akan penulis bahas yaitu tentang ajaran jaina (jainisme).
Filsafat India dibagi menjadi dua:
  1. Astika (Menerima veda), terbagi dua :
1.      Berdasarkan veda secara langsung, terbagi dua :
a.       Menekankan kehidupan Aktif  (Mimamsa)
b.      Menekankan kehidupan Kontemplatif (Vedanta)
2.      Berdasarkan nalar independen (Nyaya, Veisesika, sankhya dan yoga)     
  1. Nastika (Menolak veda), terbagi dua :
1.      Materialistik (carvaka)
2.      Spiritualistik (Jaina dan Buddhisme)
 jaina artinya `penakluk spiritual` orang yang telah berhasil menaklukkan keinginan kenginannya. sekalipun pengikutnya sangat sedikit dibandingkan penduduk india agama ini masih eksis dengan pengikut pengikutnya yang terpencar diberbagai wilayah. 
Sejarah
Asal mula ajaran ini diperkirakan sudah ada pada zaman prasejarah india. Orang-orang pengikut jaina `Jainisme` mempercayai dengan adanya 24 Tirthankkara atau pendiri keyakinan dari mana keyakinan dan agama jaina diturunkan dan berkembang. Menurut tradisi jaina, Tirthangkara pertama adalah Rsabhadevayang merupakan pendiri jainisme dan terakhir adalah mahavira, pahlawan spiritual besar yang namanya juga adalah “vardhamana”. Mahavira, nabi terakhir tidak bisa dipandang sebagai pendiri, karena sebelum beliau ajaran-ajaran jaina telah ada. Tetapi mahavira memberikan orientasi baru sehingga jaina moderen menganggap ajaran jaina berasal dari mahavira. Ia hidup pada abad ke enam sebelum masehi se-zaman dengan budha.
Ajaran ini menekankan aspek etika yang sangat ketat, terutama komitmennya terhadap konsep ahimsa. Di katakan oleh para sarjana, konsep ahimsa inilah yang banyak mempengaruhi ajaran-ajaran berikutnya, seperti Buddha, bhagadgita, dan sebagainya. Menurut tradisi jaina, garis perguruan yang sangat panjang sejak zaman pra-sejarah diturunkan dimana keyakinan ajaran ini diteruskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Guru-guru yang telah meneruskan ajaran-ajaran jaina ini berjumlah dua puluh empat orang, yang disebut Tirthangkara atau penyebar keyakinan dan yang telah mendapat pencerahan.
Epsitemologi
Dalam aspek epistemologi, jaina menolak pandangan carvaka bahwa persepsi hanyalah satu-satunya sumber valid munculnya pengetahuan. Jika kita menolak kemungkinan memperoleh pengetahuan benar melalui inferensi dan testimoni orang lain, kita semestinya meragukan validitas persepsi, karena sekalipun persepsi kadang-kadang bisa bersifat ilusi. Padahal carvaka sendiri memakai inferensi (anumana) ketika mengatakan bahwa semua inferensi adalah invalid, dan juga ketika mereka menolak eksistensi objek-objek karena mereka tidak dilihat. Disamplng persepsi, jaina menerima inferensi dan testimony (sabda) sebagai sumber pengatahuan valid. Inferensi menberikan pengetahuan valid ketika ia mengikuti kaidah-kaidah logis yang tepat. Testimoni valid ketika ia merupakan laporan otoritas terpercaya. Atas otoritas ajaran-ajaran orang-orang sucu yang telah terbebaskan (jaina atau tirthankara) orang-orang pengikut ajaran ini mendapatkan pengetahuan yang benar yang tidak dapat diperoleh oleh orang yang masih terbatas. Testimoni Tirthankara ini tidak diragukan lagi ke-validan-nya.
Jaina mengklasifikasikan pengetahuan menjadi, pengetahuan langsung (aparoksa) dan pengetahuan antara (paroksa). Pengetahuan langsung lebih lanjut lagi dibagi lagi menjadi avadhi, manahparyaya dan kepala; dan pengetahuan antara menjadi mati dan sruta. Mati mencakup pengetahuan perseptual dan inferensial. Sruta berarti pengetahuan yang diambil dari otoritas. Avadhi-jnana, manahparyaya-jnana, dan kevala-jnana merupakan tiga jenis pengetahuan langsung yang bisa dikatakan sebagai persepsi ekstra biasa dan ekstra sensori avadhi adalah kemampuan melihat hal-hal yang tidak Nampak oleh indra; manahparyaya adalah telepathi; dan kevala adalah kemahatahuan. Disamping kelima pengetahuan benar tersebut diatas, ada juga tiga pengetahuan salah, yaitu samshaya atau keragu-raguan, viparyaya atau kesalahan dan anandhyavasaya atau pengetahuan salah melalui kesamaan.[8]
Pengetahuan lagi dibagi menjadi dua jenis, yaitu pramana atau pengetahuan tentang suatu benda seperti apa adanya, dan naya atau pengetahuan tentang suatu benda didalam hubungannya dengan yang lainnya. Naya berarti titik pandang atau pendapat dari mana kita membuat pernyataan tentang sesuatu . Semua kebenaran adalah relativ terhadap pandangan kita. Pengetahuan parsial merupakan salah satu aspek yang takterhitung banyaknya tentang suatu benda disebut  “naya” . Terdapat tujuh naya yang empat pertama adalah artha-naya, kemudian tiga terakhir disebut sabda-naya.
Jaina percaya dengan pluralisme roh; terdapat roh-roh sebanyak tubuh hidup yang ada. Tidak hanya roh dalam binatang, tetapi juga tumbuh-tumbuhan dan bahkan dalam debu. Hal ini juga diterima dalam ilmu pengetahuan moderen. Semua roh tidak secara sama memilki kesadaran, ada yang lebih tinggi ada yang lebih rendah. Semaju apapun indria-indrinya, roh terbelenggu dalam pengetahuan yang terbatas; juga terbatas dalam tenaga dan mengalami segala jenis penderitaan.Tetapi setiap roh mampu mencapai kesadaran tak terbatas, kekuatan dan kebahagian. Mereka dihalangi oleh karma, seperti matahari dihalangi oleh awan. Karma dapat menyebabkan belenggu roh. Dengan menyingkirkan karma roh dapat memindahkan belenggu dan mendapatkan kesempurnaan alamiah.           
Tiga cara menyingkirkan belenggu, yaitu keyakinan yang sempurna dalam ajaran-ajaran guru-guru jaina, pengetahuan benar dalam ajaran-ajaran tersebut, dan perilaku yang benar. Perilaku benar terdiri atas praktek tidak menyakiti atau melukai seluruh makhluk hidup, menghidari kesalahan, mencuri, sensualitas, dan kemelakatan objek-objek indriya, mengkombinasikan ketiganya di atas, perasaan akan dikendalikan dan karma yang membelenggu roh akan disingkirkan. Lalu, roh mencapai kesempurnaan alamiahnya yang tak terbatas, pengetahuan tak terbatas, dan kebahagian yang tak terbatas. Inilah keadaan miksa menurut ajaran jaina. Hal ini telah dibukatikan oleh guru-guru dalam tradisi jaina atau Tirthankara. Mereka memperlihatkan jalan menuju moksa.
Metafisika
Di dalam aspek metafisikanya, jainisme mengambil posisi realistik dan pluralism relativistik. Ia disebut atau doktrin pluralistik realitas. Material dan spirit dipandang sebagai realitas-realitas yang independen dan terpisah. Terdapat atom-atom material yang tak terhitung jumlahnya dan roh-roh individu aspek-aspek dirinya yang juga tak terhitung jumlahnya. Sebuah benda mempunyai karakteristik yang tak hingga jumlahnya . setiap objek mempunyai karakter positif dan negative yang tak terhitung jumahnya. Adalah tak mungkin bagi manusia biasa untuk mengetahui semuanya itu. Kita hanya tahu sebagian kecil saja. Oleh karena itu, jainisme  mengatakan ia yang mengetahui semua sifat benda di dalam satu benda, mengetahui semua sifat semua benda, dan ia mengetahui semua sifat semua benda. Mengatahui senua sifat di dalam satu benda. Pengetahuan manusia, dengan melihat kapasitasnya yang terbatas , ia adalah relativ dan terbatas dan semuanya merupakan keputusan kita. Teori logika dan epistemologi Ajaran jaina ini disebut “syadvada”. Baik anekantavada maupun syadvada merupakan dua aspek dari ajaranyang sama –realistik dan prulalistik relativistik. Sisi metafisikanya bahwa realitas mempunyai karakter yang tak terhitung jumlahnya disebut anekantavada, sementara pandangan logika dan epistemologinya bahwa kita hanya dapat mengetahui beberapa aspek saja dari suatu realitas di dunia dan oleh karena itu keputusan-keputusan kita bersifat relativ, maka ia disebut syadvada dan ada tujuh golongannya:
1.      syadasti:secara relative, sebuah benda riil.
2.      Syannasti:secara relative, sebuah benda tidak riil.
3.      Syadasti nasty:secara relative, sebuah benda keduanya riil dan tidak riil.
4.      Syadavaktavyam:secara relative, sebuah benda tak bisadijelaskan.
5.      Syadasti cha avaktavyam:secara relative, sebuah benda riil dan tidak bisadijelaskan.
6.      Syannasti cha avaktavyam:secara relative, sebuah benda tidak riil dan tidak dapat di jelaskan.
7.      Syadasti cha nasty cha avaktavyam: secara relative, sebuah bendarill, tidak riil dan tidak bisa dijelaskan.
Masyarakat jainisme terdiri atas pendeta, biara dan orang kebanyakan. Hanya ada lima disiplin spiritual didalam jainisme. Di dalam kasus kependetaan disiplin ini benar-baner ketat, kaku dan sangat fanatik. Sementara dalam kasus orang umum hal itu bisa di modifikasi. Kelima sumpah disebut “sumpah besar” (maha-vrta), sementara bagi orang umum disebut ‘sumpah kecil’ (anu-vrta). Kelima sumpah tersebut adalah (1) ahimsa (non kekerasan), (2) satya (kebenaran di dalam pikiran), (3) asteya (tidak mencuri), (4) brahmacharya (berpantang dari pemenuhan nafsu baik pikiran, perkataan maupun perbuatan), dan (5) aparigraha (ketakmelekatan dengan pikiran, perkataan dan prbuatan). Dalam halo rang umum, aturan ini bisa di modifikasi dan disederhanakan.
Seperti buddhisme, jainisme adalah sebuah agama yang tidak mempercayai adanya tuhan, menolak veda oleh karena itu disebut nastika. Tetapi, jaina menekankan pada aspek etika dn spiritual.
Simpati kepada semua makhluk hidup adalah salah satu ajaran utama jaina. Jaina juga menghormati semua jenis pemikiran. System ini menunjukkan bahwa setiap objek mempunyai aspek-aspek yang tak terbatas yang ditentukan oleh dirinya sendiri dan bukan dari luar dirinyasendiri atau dari pandangan yang berbeda. Semua keputusan benar terhadap suatu benda sepanjang berhubungan dengan benda tersebut. Mengingat keterbatasan pikiran, tidak ada satu pikiran berlaku benar bagi semua benda atau hal. Kita harus belajar menjaga dan memprtahankan pikiran kita masing-masing dengan cara menghormati kemungkinan benar pendapat atau pemikiran orang lain.
Sedangkan Karma adalah pengikat yang menggabungkan roh dengan tubuh. Keyakinan yang benar, perbuatan yang benar, pengetahuan yang benar membentuk jalan yanga benar untuk mencapai pembebasan yang merupakan efek dari ketiganya tadi. Ketiganya ini merupakan triratna (tiga permata) bagi jainisme.
Sekte
Didalam perkembangannya, jainisme pecah menjadi dua sekte, yaitu swetambara atau (yang berpakaian putih) dan dirgambara atau (yang berpakaian langit). Perbedaannya adalah hanya dalam beberapadetail ajaran dan praktek agama yanga bersifat minoritas. Secara fundamental tidak ada perbedaannya. Pecahnya menjadi dua sekte tersebut tidak berpengaruh kepada jainisme yang esensial. Dirgambara lebih keras dan sangat fanatik, sementara swetambara lebih akomodatif. Aturan agar berpakaian putih atau telanjang bulat hanya berlaku bagi pendeta tertinggi dan bukan untuk orang kebanyakan; tidak juga bagi pendeta yang rendah. Menurut swetambara, pendeta tertinggi harus mengenakan jubah putih, sementara menurut dirganbara, mereka harus tidak mengenakan kain secarikpun. Menurut sekte dirgambara mereka harus mempertahankan hidup pertapa yang sempurna, tidur hanya tiga jam sehari, makan dari meminta-minta, susah waktunya untuk belajar dan mengajar, dari wanita tidak dapat mencapai pembebasan: sementara swetambara menolak pandangan ini. Kehidupan kependetaan dirgambara sangat keras dan ketat didalam hal disiplin. Karenanya pengikutnya sangat kecil jumlahnya.

CARA HIDUP
            (90-91) Konsep dharma , sebagaimana telah kita lihat , adalah konsep sentral dari filosofi Mimamsa . Tapi Carvakas membantah keabsahannya. Tindakan ketika selesai, Carvakas akan mengatakan, berakhir di sana . Apurva atau potensi laten dari, yang mengambil tindakan, atau prestasi dan cela tidak dapat dirasakan sama sekali oleh siapa pun. Karena itu mereka tidak nyata . Ini adalah bodoh untuk berpikir bahwa tindakan masa lalu menjadi semacam kekuatan yang tak terlihat ( adrsta ) dan menentukan kelahiran masa depan kita . Bahkan , ada kelahiran kembali , kita harus mengingatnya . Tidak ada yang ingat kelahiran sebelumnya .
Hanya menerima persepsi sebagai sumber yang valid pengetahuan , para Carvakas menolak realitas Allah . Tidak seorang pun pernah melihat Allah dan tidak ada yang bisa melihatnya . Para dewa kecil juga tidak ada . Mereka dan Veda milik imajinasi imam licik, yang menemukan mereka untuk mencari nafkah dari mereka dengan wasit pada pengorbanan , dan orang-orang kagum dalam ketaatan dengan mengatakan bahwa Allah akan menghukum mereka , jika mereka tidak mengikuti Veda . Tidak ada surga , tidak ada neraka , ada Tuhan , dan tidak ada hukum etika obyektif. Satu-satunya hukum mengikat manusia adalah hukum-hukum negara , ketaatan yang membawa manfaat dan ketidaktaatan yang membawa hukuman. Dan ilmu ( sastra ) dari hukum negara adalah satu-satunya ilmu dipelajari .
Yang dimaksud dengan surga adalah kesenangan yang kita miliki dalam makan , minum , menyanyi dan di perusahaan dan merangkul perempuan . Dan neraka adalah rasa sakit yang kita alami di dunia ini itu sendiri . Tidak ada gunanya mencoba untuk mendapatkan keselamatan dan kehidupan kekal ketenangan , ada mengakhiri hidup pada saat kematian dan semua akan ketenangan itu. Perbedaan antara keramah kasta dan tugas khas mereka palsu ditetapkan oleh peminatnya . Tidak ada hukum etika obyektif, sehingga seseorang dapat melakukan apa yang disukainya, asalkan ia berhati-hati bahwa tindakannya tidak membawa rasa sakit sebagai akibatnya .
            Agama pengorbanan adalah palsu dan hanya disebarkan oleh imam yang tertarik Kehidupan. biarawan hanya milik orang impoten. Jika hewan persembahan pergi ke surga, mengapa tidak seharusnya manusia menawarkan orangtuanya dalam pengorbanan bukan dan mengirim mereka ke surga ? Sungguh , imam tidak percaya pada apa yang berkhotbah. Mereka mengatakan kepada kita bahwa persembahan yang dibuat di dunia ini pada hari peringatan kematian nenek moyang memuaskan rasa lapar dan haus mereka di dunia lain . Jika demikian , api padam dalam satu lampu harus dibakar , saat minyak dituangkan di negara lain . Untuk orang-orang yang hilang itu tidak berguna untuk membuat makanan persembahan , satu mungkin juga menawarkan makanan di rumahnya kepada orang yang telah meninggalkan rumah untuk desa lain . Tidak ada jiwa yang meninggalkan tubuh setelah kematian dan pergi ke dunia lain , jika tidak, karena keterikatannya dengan keluarga dan teman-teman , itu harus datang kembali untuk setiap tubuh . Hidup hanya milik dunia ini dan berakhir di dunia ini . Tidak ada dunia lain . Manusia harus mencoba untuk membuat yang terbaik dari kehidupan ini , tanpa percaya semua bahwa agama Brahmana mengajarkan . Ajaran Veda adalah mereka orang-orang bodoh , penyamun , atau setan . Imam memberitahu kita untuk tidak melukai kehidupan , tetapi karena mereka menyukai daging seperti setan - nisacaras - atau malam - pengembara , siapa Arya ditemukan makan kotor, daging mentah dan memanggil mereka setan - mereka menemukan pengecualian untuk diri mereka sendiri ketika makan daging atau binatang dibakar dalam pengorbanan . Imam ini tidak dapat dipercaya dan manusia harus melakukan apa pun yang mungkin untuk meningkatkan kesenangan dan menghindari rasa sakit . Dan setiap tindakan yang dilakukan demi kesenangan dibenarkan .

            (94-95) pendiri sekolah ini, Vardhamana, yang memperoleh gelar Jina (Penakluk, yaitu dari semua ambisi) dan Mahavira (Pahlawan Besar) adalah kontemporer yang lebih tua dari Budha. Para pemimpin filosofi ini disebut Thirtankaras dan jumlah pengikut Jainisme dua puluh empat dari mereka, yang pertama adalah Rsabha, AName disebutkan dalam Weda, dan Vardhamana terakhir dirinya. Rsabha harus hidup beberapa abad sebelum Vardhamana dan regareded sebagai pendiri awal sekolah ini. Tapi itu memperkuat dan disebarkan oleh Vardhamana.
            Meskipun pengikut Jainisme memiliki sejumlah besar literatur, diyakini bahwa mereka adalah orang-orang yang awalnya tidak punya buku, tapi setelah ajaran Vardhamana dan propagasi filosofi, ajaran mulai dikompilasi. Bahkan kemudian upaya pertama untuk mengkompilasi mereka tampaknya telah dibuat sekitar dua ratus tahun setelah kematian Vardhamana itu. Namun presentasi sistematis pertama dibuat oleh Umasvati (sekitar tahun 300) dalam bukunya Taithvartha-adhigamasutras (pepatah untuk Memahami Sifat Katagori). Kemudian muncul beberapa karya sistematis tentang berbagai cabang filosofi.
Teori Tentang Pengetahuan
            Untuk menemukan epistemologi di  Jaina biasanya menggunakan tiga sumber pengetahuan: persepsi, kesimpulan, dan kesaksian verbal. Tapi pendekatan Jaina untuk masalah ini memiliki keganjilan sendiri. Untuk mengetahui suatu objek menjadi sadar. Bagaimana kesadaran kemudian menangkap objek? Berbeda dengan kaum mimamsaka, para pengikut Jainisme mempertahankan kesadaran yang adalah inti dari atman, dan atman adalah karena semua meresapi, daya mengetahui terbatas dan harus menggunakan indra dan pikiran untuk pengenalan atas objek. Pengetahuan hanya transformasi atau modifikasi kesadaran atman, ketika diarahkan mediately atau segera terhadap objek. Para pengikut Jainisme yang pluralis dan realis dan believein eksistensi independen dari dunia materi. Kita harus ingat di sini bahwa para pengikut Jainisme menggunakan kedua kata atman dan jiwa (jiva), mengatakan bahwa mereka adalah sama kecuali bahwa jiwa adalah atman dalam murni nya.
            Sifat kesadaran adalah untuk mengungkapkan dirinya sendiri dan benda-benda di semua tindakan kognisi. Tetapi memiliki kekuatan asli untuk mengungkapkan objek secara langsung tanpa bantuan pikiran dan rasa. Jadi ada dua jenis yang berbeda dari pengetahuan. Para pengikut Jainisme tidak menganggap bahkan persepsi sebagai pengetahuan immediete, karena dimediasi oleh pikiran dan indera. Selalu ada kemungkinan kesalahan dalam kasus pengetahuan dimediasi, karena pikiran dan indera mungkin salah. Pengetahuan langsung diperoleh langsung oleh kesadaran atman itu sendiri. Seseorang yang memiliki pengetahuan langsung sempurna bisa tahu apa-apa di dunia, namun jauh bahwa objek mungkin. Tapi atman telah kehilangan daya kemahatahuan melalui kotoran dikumpulkan oleh tindakan (karma) yang masuk itu. Artinya, semua kesadaran melingkupi atman menjadi terselubung dan dibatasi oleh mereka Dalam rangka untuk mendapatkan kembali kemahatahuan asli, oleh karena itu, manusia harus menyingkirkan tindakan, yang menurut para pengikut Jainisme, adalah zat yang terdiri dari partikel kecil seperti debu . Ketika orang berhasil menyingkirkan semua tindakan dan kotoran nya dari atman, ia menjadi Kevaline (Alone) dan pengetahuan disebut Kevala-jnana (Pengetahuan tentang Sendiri). Seharusnya tidak melalui itu, menurut para pengikut Jainisme, hanya ada satu atman. Ada jumlah tak terbatas mereka, dan masing-masing sempurna, maha tahu, dan tak terbatas.
            Pengetahuan tentang Kevelin (the Alone, the Absolute) adalah yang tertinggi dan dapat tidak memiliki kesalahan. Tapi dua tahap rendah pengetahuan lain ini segera diakui, dan mereka sesuai dengan tingkat kemurnian seseorang mencapai. Tahap berikutnya yang lebih rendah disebut manahparyayay (memasuki pikiran orang lain). Ketika seorang pria akan menyingkirkan kebencian, iri, dll, ia naik ke panggung ini, dan memasuki pikiran orang lain, dapat mengetahui semua yang dikandungnya. Ide ini menyiratkan bahwa, kalau bukan karena kotoran dari pikiran kita, setiap atman bisa mengenal yang lain. Pengetahuan langsung yang lebih rendah berikutnya disebut Avadhi (terbatas) pengetahuan. Satu dapat mencapai tahap ini, ketika seseorang sebagian berhasil menghancurkan kotoran tindakan (karma). Pengetahuan ini dibatasi dalam ruang lingkup, karena hanya dapat mengetahui benda dengan bentuk, meskipun jauh dan kecil.
            Pengetahuan menengahi dibagi menjadi dua jenis utama, dari apa yang disimpulkan, atau di mana pikiran aktif, dan shruti, atau apa yang didengar atau diketahui melalui kata-kata yang diucapkan. Mati adalah, sekali lagi, dibagi menjadi persepsi, mengingat (smrti), pengakuan (Sanjna atau pratyabhijna).
            (96-97) Kognisi hubungan modal ( tarka , atau curita ) dan silogisme inferensi ( anumana , atau abhinibodha ) . ini adalah divisi lima kali lipat .ada pembagian tiga kali lipat juga menjadi persepsi dan memori , dan kognisi hubungan modal (ini juga bisa menjadi kesimpulan negatif modal dari bentuk counter faktual bersyarat seperti : 'x Bukan y , itu tidak akan pernah z , tetapi x adalah z , sehingga x adalah y ' ) sebagai semacam kesimpulan . Pengetahuan Sruti hanya pengetahuan verbal. Mungkin pengetahuan lisan diperoleh dari kitab suci (tentu saja , para pengikut Jainisme berarti hanya Jaina suci ) atau dari pernyataan atau orang yang dapat diandalkan . memiliki tiga tahapan utama . tahap pertama adalah mendapatkan kata-kata sebuah pernyataan dan asosiasi atau hubungan mereka . tahap kedua adalah refleksi pada kata-kata dan menghadiri kepada mereka . kata-kata harus tetap bersama-sama dalam pikiran , misalnya harus dipertahankan dan dihadiri untuk dalam kebersamaan mereka. tahap ketiga adalah penerapan kata-kata dalam kebersamaan mereka untuk mendapatkan objek dimaksud . itu sebabnya bentuk terakhir dari pengetahuan mati dan tahap terakhir pengetahuan Sruti disebut'aplikasi' (upayoga). setelah semua, inferensi, juga merupakan penerapan pengetahuan masa lalu untuk mendapatkan pengetahuan baru.
Proses persepsi dibagi menjadi dua tahap: pertama disebut ketakutan sederhana (darsana), dan pengetahuan kedua (jinana). tapi bahkan ketakutan sederhana melibatkan beberapa tahap,: pertama, saya hanya merasakan rangsangan pada organ-organ indera saya,pada tahap kedua, kesadaran saya keluar dan saya tahu bahwa ada suatu objek, dalam tahap ketiga, saya menjadi inquistive atauinterogasi dan ingin tahu apa sebenarnya benda itu, dalam tahap keempat, saya terlihat lebih penuh perhatian dan mendapatkan beberapa detail dari objek, ingatan saya juga keluar sehingga objek dapat diklasifikasikan dalam genus dan kemudian spesies, dan akhirnya cognized sebagai objek tertentu. tahap ini disebut bahwa penghapusan keraguan, dan di tahap kelima, apa yang cognizedtanpa diragukan lagi disimpan dalam memori.
    tarka dalam Jainisme tidak sama seperti yang dari naiyayikas, untuk siapa itu adalah kontra-faktual, positif atau negatif, tetapi umumnya negatif. para pengikut Jainisme termasuk di dalamnya bahkan proposisi yang universal (premis mayor silogisme), yang berada di dasar dari semua conditional kontra-faktual dan mungkin positif atau negatif. itu adalah modal, hubungan yang diperlukan antara dua istilah dan disebut UHA. lihat Yasovijaya, Jainatarkabhasa. 
            ini adalah karya terbaik pengantar pada Jaina epistomology dan diterbitkanoleh Sanchalaka Singhi Jaina Granthamala, Ahmedabad, 1938.
            ketika semua tahapan ketakutan (darsana) selesai, kita memperoleh pengetahuan (jinana). dalam kasus dua bentuk tertinggipengetahuan langsung, berupa ketakutan dan pengetahuan yang lengkap muncul bersama-sama. pengetahuan tersebut adalah intuisinyata. kita mungkin, karena itu mengatakan intuisi yang merupakan dua bentuk tertinggi pengetahuan langsung di mana perantaraanpikiran dan indera untuk kesadaran atman tidak diperlukan sama sekali, dan di mana tidak ada kemungkinan kesalahan
            semua pengetahuan yang tidak ada kontradiksi berlaku tidak sah. tapi karena dunia adalah salah satu tindakan, uji efisiensi praktis menegaskan kebenarannya. ini adalah semacam pragmatisme, tetapi itu tidak berarti bahwa semua yang berguna benar, tetapi bahwa semua itu benar berguna. tapi, sekali lagi, kegunaan berarti hanya kemanjuran praktis. Tentu saja ada tes yang diperlukan dalam kasus dua bentuk tertinggi pengetahuan langsung. kesalahan penyajian benda-benda seperti mereka. 
    doktrin Jaina mode (nayas) sesuai dengan doktrin Yunani dari kiasan, mode, suasana hati, kondisi, atau stand-poin. yang Jainaepistomology diuraikan doktrin ini dalam rangka untuk menunjukkan bahwa beberapa pertimbangan atau proposisi mungkin benartentang objek yang sama, tetapi berbeda sudut pandang anaknya. 'john adalah seorang ayah' adalah benar dari sudut pandang ayahnya sendiri. kemudian 'john adalah seorang ayah, bukan ayah' adalah benar dari sudut pandang gabungan. kita bisa memikirkan banyak jenis contoh untuk menunjukkan bahwa bahkan penilaian kontradiktif bisa benar dari hal yang sama, asalkan kita mengakui bahwa bisa ada titik pandang yang berbeda. menurut doktrin filosofis waktu, para pengikut Jainisme diakui tujuh macam kiasan, dan mereka hanya berlaku untuk dua bentuk pengetahuan tentang hal-hal seperti mereka, meskipun dalam kasus kewaskitaan (Avadhi, pengenalan atasobjek remote) mungkin ada kesalahan.

            kiasan ini berlaku tidak hanya untuk penilaian, tetapi juga untuk sistem yang berbeda dari filsafat. yang jaians ingin menunjukkanbahwa setiap sekolah dan sistem benar, tetapi dari sudut pandang tertentu dan palsu dari yang lain. tentu saja, sekolah saingan bertanya mengapa para pengikut Jainisme tidak menerapkan prinsip ini dengan filosofi mereka sendiri. tetapi para pengikut Jainisme akan mengatakan bahwa mereka
(98-99) Tradisi filosofis dari india
Filsafat adalah pengajaran mahava , yang menjadi kevalin ( sendirian , murni ) dan pengetahuan benar-benar benar
dengan klasifikasi dari kiasan yang diberikan oleh pemikir Jaine berbeda tidak selalu sama dan beberapa dari mereka mendefinisikan kata-kata yang sama berbeda . jadi yang sederhana utama akan diberikan di sini . kiasan ini menjadi kekeliruan ( nayabhasas ) ketika relativitas mereka dilupakan
1 . kiasan penyebab akhir menilai sesuatu dari segi tujuan . seorang pria menyatukan air , kayu bakar , perkakas dan beras . Anda bertanya padanya : apa yang kamu lakukan ? dia akan berkata : iam memasak makanan. tapi stand- titik apa yang dia benar-benar melakukannya , ia tidak memasak makanan , tetapi dari stand- titik tujuan kegiatan , ia adalah memasak makanan

2 . kiasan dari kelas atau koleksi hanya membutuhkan fitur umum seperti nyata dan sisanya sebagai palsu . fitur umum mungkin karakteristik kelas tertinggi atau karakteristik kelas bawah . beberapa filsuf mungkin mengatakan bahwa fitur yang paling umum semua makhluk, yaitu. sendirian nyata dan sisanya palsu, beberapa orang lain mungkin mengatakan bahwa kedua makhluk dan makhluk adalah sama dan benar-benar nyata. tetapi para pengikut Jainisme mengatakan bahwa perbedaan tersebut hanya memiliki kebenaran relatif , yaitu masing-masing benar dari sudut pandang tertentu

3. kiasan konveksi mengambil makna konvensional hanya sebagai benar dan tidak mengambil sifat lebih dalam dari objek menjadi pertimbangan. para pengikut Jainisme tidak akan mengabaikan makna tersebut langsung, tetapi cobalah untuk mencari tahu di bawah kondisi apa yang mereka bisa benar. karena ada beberapa kebenaran relatif dalam setiap viem dan makna.

4. kiasan dari kabel lurus hanya membutuhkan apa yang terlihat sebagai benar, tanpa mengambil kesulitan mencari lebih dalam. yang buddhist, misalnya melihat bahwa semuanya berubah dan langsung menyimpulkan bahwa semua eksistensi adalah sesaat. tetapi mereka melompat ke kesimpulan induktif dari apa yang hanya terlihat. ada kontinuitas juga di dunia setelah momentariness ini. menurut para pengikut Jainisme, makhluk statis dan momentariness tidak relities mutlak, mereka benar hanya dengan mengacu pada satu sama lain dan jadi relatif

5. kiasan kata didasarkan pada hubungan berubah suppesed antara kata dan maknanya. para pengikut Jainisme tidak menerima pandangan Mimamsa bahwa hubungan ini abadi. kata yang berbeda mungkin memiliki arti yang sama dan kata yang sama mungkin memiliki arti yang berbeda dan mungkin juga mengubah meanin nya. thebrelation antara kata dan makna hanya relatif terhadap waktu, tempat dan konteks
6. kiasan etimologi memahami sifat dari suatu obyek dengan mengambil akar etimologi logis dari nama menjadi pertimbangan.
7 . kiasan itu sangat membutuhkan arti akar kata , dalam kasus di mana itu adalah sah untuk melakukannya tetapi menolak untuk mengambil makna lain , yang juga mungkin benar objek.  setiap benda memiliki banyak kualitas , dan nama aslinya bisa merujuk etymologycaly salah satu dari mereka .
tapi mungkin ada nama lain mengacu lain kualitas nya , dan satu dapat mengatakan bahwa nama pertama hanya yang benar .
tapi setiap kata yang benar relatif terhadap kualitas objek itu mengacu .
misalnya, seseorang mungkin memanggil roh dengan nama atman (roh) atau jiva (satu hidup). menurut atribut dari objek yang ada dalam pikiran .
            dari doktrin kiasan muncul doktrin predikasi AC tujuh kali lipat. tujuh bentuk penghakiman yang diberikan di bawah prediksi AC tidak sesuai 1-1, dengan tujuh kiasan yang diberikan di atas. di bawah setiap kiasan suatu predikasi tujuh kali lipat dapat dibuat. setelah itu diterima bahwa kebenaran dikondisikan oleh kiasan atau sudut pandang, maka tujuh jenis penilaian dapat dibuat, setiap orang yang benar relatif. tujuh bentuk dapat disebut pernyataan modal (nay berarti mode) tetapi mereka tidak harus bingung dengan penghakiman modalitas dalam logika Barat. bentuk tujuh adalah sebagai berikut:
(100-101)
Tradisi Filsafat India
1.      bagaimanapun juga S adalah P
2.      Bagaimanapun juga S bukanlah P
3.      bagaimanapun juga S adalah P dan bukan-P
4.      Bagaimanapun juga S tidak dapat dilukiskan
5.      bagaimanapun juga S adalah P dan tidak dapat digambarkan
6.      kemudian kita harus mengombinasikan 2 dan 4 dan mendapatkan.bagaimanapun juga S adalah bukan-P dan tidak dapat digambarkan
7.      Dan akhirnya kita boleh mengombinasikan 3 dan 4 yang menghasilkan Bagaimanapun juga S adalah P dan bukan-P dan tidak dapat digambarkan 
‘S tidak dapat dilukiskan’ berarti bahwa kita menolak P, bukan-P, dan P sekaligus bukan-P, oleh karena itu S bukanlah P, atau tidak-P, atau keduanya
            itu berarti bahwa kita tidak dapat menggambarkan s oleh salah satu predikat yang berlawanan. Sekarang, prediksi tujuh kali lipat ini dapat diterapkan untuk proposisi eksistensial juga seperti 'S ada'. para pengikut Jainisme akan mengatakan bahwa dari sudut pandang persepsimikroskopis, kuman ada, dan bahwa mereka tidak ada dari sudut pandang persepsi biasa. Sesuai dengan penjelasan diatas kita kembali memperoleh tujuh preposisi:
1.      S ada
2.      S tidak ada
3.      S ada dan tidak ada
4.      S tidak dapat digambarkan
5.      S ada dan tidak dapat digambarkan
6.      S tidak ada dan dan dapat digambarkan
7.      S ada dan tidak ada dan dapat dijelaskan
Doktrin benaran tujuh kali lipat ini dinamakan syadvada (doktrin dari ‘biarlah menjadi’) atau doktrin prediksi yang dikondisikan.
METAFISIKA
            Filsafat Jaina bersifat realistis dan pluralistis. Terdapat keberagaman objek dan jives (atmans) dan semuanya itu adalah nyata, dan dan objek dari pengetahuan kita adalah nyata juga, tetapi bukanlah ide belaka. Akan tetapi metafisika Jaina adalah metafisika substansi. Segalanya, termasuk tindakan, adalah substansi (zat). seseorang dapat menemukan ide tindakan menjadi substansi yang menjadi sangat aneh, tetapiditemukan dalam teori modern bahwa hal tersebut hanya proses. Jainas mengandung setiap eksistensi sebagai zat. Aksi ada dan adalah, oleh karena itu, sebuah substansi.
            divisi utama yang diadopsi oleh para pengikut Jainisme adalah yang berada di antara hidup atau zat animasi dan zat non-hidup atau mati. Waktu (Kala) termasuk di dalam zat atau substansi yang tak berjiwa atau mati. tetapi karena tidak diperpanjang seperti ruang , itu diberikan sebagai kategori dengan sendirinya dalam grafik di atas. sebenarnya ada lima zat-zat mati;waktu,gerakan,istirahat,ruang,dan tubuh fisik, yang mana hanya tubuh yang memiliki bagian-bagiannya.
(102-103)

            (104-105)Bahkan tanpa pikiran (manas), jiwa bisa tahu segalanya. Kehadiran pikiran bekerja hanya untuk membatasi pengetahuan jiwa, dan diperlukan untuk jiwa dalam perbudakan, ketika jiwa tidak dapat mengetahui benda tanpa pikiran dan panca indra.
            Jiwa bukan hanya orang yang berpengetahuan ( Janata ) tetapi juga penikmat ( bhokta ) . Para pengikut Jainisme tidak menerima pandangan filsuf Advaita bahwa, sementara jiwa adalah mengetahui dan penikmat tersebut , atman bukanlah orang yang berpengetahuan atau penikmat tersebut . Keberadaan atman itu sendiri harus dibuktikan seperti itu untuk yang mengetahui dan penikmat tersebut . Para pengikut Jainisme , seperti sekolah ortodoks , upaya untuk membuktikan , seperti terhadap Carvakas , keberadaan atman . Pertama , yang mengetahui benda bukanlah tubuh fisik , tetapi sesuatu yang lain . Tubuh fisik anorganik dan tidak bisa tahu apa-apa . Pikiran dan rasa tidak dapat mengetahui, karena yang mengetahui adalah orang yang berpengetahuan pikiran dan akal juga dan berpengetahuan tidak dapat ketahui . Kedua , ada pengarah dan pengendali tindakan pikiran dan rasa dan juga dari tubuh fisik . Dan sutradara dan controller adalah atman . Ketiga , atman sebagai pengendali harus, karena itu , harus aktif dan tidak hanya pada - tampan tindakan . Jika tidak agen tindakan , maka tidak akan menderita kerugian dari perbuatan jahat . Dan jika tidak menderita , tidak ada kebutuhan hukum etika dan perjuangan untuk keselamatan . Di tempat keempat, karena atman itu sendiri menderita kerugian dari tindakan jahat dan menikmati buah dari manfaat perbuatan baik , itu adalah penikmat ( bhokta ) .
            Argumentasi pertama dan kedua ditujukan terhadap pandangan Carvaka bahwa atman adalah hanya tubuh fisik . Para pengikut Jainisme menerima bahwa atman tidak dapat dirasakan oleh indera , dan mengatakan bahwa alasannya adalah bahwa itu bukan objek eksternal . Tapi itu langsung dikenal sebagai subyek mengetahui dan menikmati dan sifatnya adalah kesadaran. Untuk menghilangkan keraguan , para pengikut Jainisme memajukan argumen yang lebih . Pertama , partikel materi tidak dapat menghasilkan atman , karena aktivitas mereka harus dipandu oleh beberapa lembaga cerdas. Dan lembaga itu adalah atman sadar. Kedua , kita tidak bisa membuktikan bahwa kesadaran dapat dihasilkan oleh materi . Tidak ada contoh sama sekali , di mana materi belaka menghasilkan kesadaran , dan atas dasar mana kita dapat menegaskan hal yang menghasilkan kesadaran. Para Carvakas mengatakan bahwa kita harus percaya apa yang hanya persepsi mengungkapkan , tetapi persepsi tidak memberikan satu contoh dari hal menghasilkan kesadaran. Dan sebenarnya di sini Carvakas membuat kesimpulan , yang mereka sendiri anggap tidak berguna. Di tempat ketiga, jika kesadaran merupakan karakteristik khas yang tubuh fisik memperoleh ehen bagian-bagiannya memasukkan konfigurasi tertentu , maka harus ada kesadaran selalu begitu selama tubuh kita masih hidup. Tapi dalam tidur dan pingsan tidak ada kesadaran. Di tempat keempat, oleh karena itu, kita harus menjelaskan pernyataan seperti "saya ramping" , "saya tinggi" , dll Seperti hanya kiasan , karena kebiasaan atman mengidentifikasi dirinya dengan tubuh.
            Kita harus mencatat di sini bahwa argumen ini dikemukakan oleh semua sekolah ortodoks juga terhadap Carvakas. Para pengikut Advaita Vedanta, seperti yang akan kita lihat nanti, mempertahankan bahwa atman oleh alam bukanlah orang yang berpengetahuan atau penikmat tersebut. Tapi hampir semua sekolah ortodoks lain termasuk Mimamsa percaya bahwa itu adalah mengetahui dan penikmat juga. Seperti melawan Vedantist Advaita, mereka maju, bersama dengan para pengikut Jainisme,
ketiga dan keempat argumen yang diberikan sebelumnya untuk menunjukkan bahwa atman adalah baik mengetahui dan penikmat tersebut.
            Atman atau jiva, menurut para pengikut Jainisme, tidak spasial dengan sendirinya, tetapi dapat menempati ruang. Cahaya lampu, misalnya, bisa menempati semacam ruang. Jika ruangan bulat, menempati ruang bulat, jika itu adalah persegi panjang, menempati ruang persegi panjang. Jika ruangan kecil, ia menempati ruang kecil, dan jika besar, ruang besar. Demikian pula, atman dapat menempati ruang dari tubuh dengan yang terhubung. Dalam nyamuk, atman adalah sekecil nyamuk, tetapi dalam gajah, itu adalah sebagai besar. Ini adalah sifat atman untuk menjadi kecil atau besar sampai menjadi besar seperti alam semesta itu sendiri. Namun oleh alam tidak memiliki bentuk, tetapi mengambil bentuk obyek dengan yang mengidentifikasi dirinya.

Karma
            doktrin tindakan (karma), sejauh ini membantu hasil etika pergi, adalah sama dengan Mimamsa tersebut. Kecuali Carvakas, semua sekolah filsafat India, baik ortodoks dan heterodoks, diterima pentingnya etika dan dianggap dunia sebagai dunia tindakan. Tapi sementara Mimamsa shool mengembangkan gagasan menjadi tindakan metafisika potensi (Apurva adrsta), para pengikut Jainisme berkembang menjadi metafisika substansi. Tapi anehnya, ia tidak menemukan tempat terpisah antara kategori yang diberikan dalam tabel. Tampaknya hal ini terkait entah bagaimana dengan prinsip Motion (dharma), dan mungkin salah satu bentuk itu. Tapi satu tidak bisa terlalu yakin, karena ....

(106-107) Pengikut Jainisme mengatakan bahwa tindakan ( karma ) terdiri dari partikel , tapi dharma ( gerak ) tidak terdiri dari partikel . Ini adalah salah satu dan tak terbagi .Aksi ( karma ) adalah seperti debu , dan atman adalah seperti membersihkan kain basah,di mana nafsu dan emosi masuk. Ini adalah sifat debu untuk menempel pada kain basah dan membuatnyatidak murni . Ketika atman ternoda oleh karma , kehilangan kemurniannya , menjadi terikat untuk itu , dan ditentukan oleh hukum karma . Hal ini kemudian menjadi terbatas , dan tujuan atman , karena itu, adalah untuk menyingkirkan karma . Para pengikut Jainisme menekankan pentingnya menyingkirkan karma sama kuatnya dengan Vedantin advaita dan buddists menekankan pentingnya menyingkirkan maya atau avidya ( ketidaktahuan , ketidaksadaran ) .Sifat dan tujuan hidup
           

            Setiap atman , menurut jainsm , awalnya murni , tetapi partikel atau debu tindakan karma berhasil masuk dan itu menjadi tidak murni . Kemudian mulai ti pikir itu kurang ini atau itu , keinginan, dan tindakan untuk memperoleh itu . Kegiatan ini semakin menambah debu murni karma.di atman , yang menjadi , anggota dari dunia hukum tindakan. Ini adalah keunggulan lupa dengan dunia tindakan dan terikat untuk itu . Artinya, memasuki perbudakan dan terbelenggu oleh hukum dunia tindakan . Perbudakan , dalam filsafat India , harus dipahami bukan hanya sebagai dunia material di mana aturan sebab-akibat , tetapi juga sebagai bahwa dunia di mana motivasi penguasa sejauh motif motif atman finitized dan untuk tujuan terbatas . Motif seperti menjadi faktor kekuatan kreatif dunia .Bagaimana motif atau niat menjadi sa penyebab , menurut pemikiran India secara umum , dapat dijelaskan demikian .
            dalam filsafat India perbedaan antara motif dan niat tidak jelas ditarik , dan karena itu kita akan mengabaikan hal itu . Sekarang , saya ingin hidup kaya dan saya melakukan amal tertentu. Ini amal , yaitu tindakan amal saya, akan baik dalam kehidupan ini atau di akhirat . Tindakan ini masuk atman saya dalam bentuk potensi - seperti debu karma dalam Jainisme – dan berkontribusi untuk penciptaan kondisi di mana saya menjadi kaya . Para pengikut Jainisme mengatakan bahwa tindakan saya , saat selesai , menjadi seperti partikel debu halus dan masukkan saya atman , kumarila , salah satu kaum mimamsaka , mengatakan bahwa tindakan saya menjadi potensi dan berada di atman saya, dan Prabhakara , mimamsaka lain , menyatakan bahwa mereka menghasilkan potensi kreatif.Tetapi dalam semua kasus , kita menemukan bahwa tindakan kita menjadi atau menghasilkan beberapa bentuk halus dan tinggal di atman kami dan dari sana mulai bertindak atas dunia . Kita dapat mengatakan bahwa konsepsi Jaina tindakan sebagai semacam substansi , meskipun debu , adalah beberapa apa lebih kasar konsepsi daripada Mimamsa tersebut . Dan kecenderungan umum dari semua sekolah , kecuali carvaka , adalah berpikir bahwa tindakan menjadi kekuatan kausal halus menentukan kondisi di mana hingga jiva menemukan diri dalam hal ini dan kehidupan yang akan datang .
            Sekarang , tidak ada tindakan yang dilakukan tanpa tujuan , tanpa keinginan untuk mencapai sesuatu. tujuan ini adalah motif dari tindakan kita , yang pada gilirannya potensi menjadi kreatif di langsung dan masa depan distand , sampai mereka knalpot sendiri . Selanjutnya , jika saya seorang dermawan dan terus melakukan tindakan philantropicst (bekerja ) , kemauan saya untuk melakukan tindakan seperti itu juga diintensifkan . demikian pula , tindakan kriminal berulang kriminal memperkuat kecenderungan kriminal , yaitu untuk melakukan tindak pidana menjadi lebih kuat dan lebih kuat , dan ia melakukan keduanya sadar dan tidak sadar . Sekarang , para filsuf India berpikir bahwa takdir begitu baik dan menghasilkan yang , dalam kelahiran berikutnya , itu akan menciptakan bagi kita hidup di mana kita dapat menikmati permorming tindakan seperti semua lebih . Artinya, sadar akan dalam kita mampu menghasilkan kondisi seperti bagi kita . Misalnya adalah aman menuruti dalam tindakan kejam dalam kehidupan ini dan menemukan bahwa sayangnya untuk dia kondisi kehidupan tidak mengizinkan dia untuk melanjutkan pembunuhan di hutan tanpa pertanyaan sesal . Aplikasi mewah dan fantastis ide ini dibuat dalam literatur . Tetapi bagian filosofis penting dari doktrin ini adalah bahwa tidak hanya keinginan kita tetapi juga karakter kita adalah untuk tingkat yang sangat besar dibentuk oleh tindakan menentukan kondisi kehidupan masa depan kita juga . Baik kita bisa membuktikan atau menyangkal doktrin kelahiran kembali . Tetapi jika semua tindakan harus memiliki buah mereka , yang kita harus menikmati , beberapa doktrin seperti itu kelahiran kembali tampaknya menjadi yang paling memuaskan , asalkan kebebasan batin manusia untuk menyingkirkan kondisi sekarang ini juga diberikan pertimbangan penuh .
            Jadi ada tiga jenis keberadaan untuk semua filosofi spiritual india . Pertama, ada dunia materi , yang benar-benar diatur oleh hukum tentu sebab dan akibat . kedua, ada dunia etika , yang meliputi tidak hanya dunia manusia dengan hukum-hukum sosial , tetapi juga merupakan bagian dari dunia luar , bagian ini adalah ....
(108-109) ...bahwa dari alam bawah sadar kita yang lebih dalam, tunduk pada hukum-hukum etika, tetapi belum menjadi kreatif tanpa pengetahuan kita, meskipun kesadaran kita ingin. Lapisan batin yang mendalam di masing-masing dari kita memiliki akar yang lebih dalam ke dalam kekuatan kreatif, yaitu kekuatan spiritual alam semesta. Hal ini mungkin tidak dapat diterima baik oleh kaum mimamsaka atau para pengikut Jainisme, tapi diterima dalam bentuk yang berbeda oleh masing-masing pengajaran. Di tempat ketiga, ada keberadaan jiwa-jiwa murni, atau roh, yang ada dengan sendirinya. Dua bentuk pertama eksistensi diatur oleh hukum-hukum, hukum materi dan hukum kekuatan alam bawah sadar, keduanya tidak sadar. Sekarang, atman, yang awalnya murni, entah bagaimana menjadi kusut di jaringan kedua jenis hukum tapi masih ada harapan. Atman-atman itu murni secara alami, dan bebas dari belenggu hukum-hukum. Mereka sering menunjukkan kebebasan mereka bahkan ketika bekerja dalam jaringan dari kedua jenis hukum. Dan agar benar-benar bebas dari belenggu hukum, para atman harus menyadari sifat asli mereka.
Para pengikut Jainisme mengatakan bahwa, ketika tindakan (karma) memasuki atman, itu mengasumsikan delapan bentuk, yang semuanya bersama-sama membentuk apa yang disebut 'body of action' (karmanasartra). Pertama, tindakan (karma) mengaburkan pengetahuan yang benar (jnanavaraniya), dan menghasilkan derajat pengetahuan yang berbeda. Kedua, mengaburkan bentuk yang benar dari kontak langsung dengan objek (darsanavaraniya). Ketiga, mengaburkan sifat asli dari atman-kebahagiaan-dan menghasilkan kesenangan sementara dan rasa sakit (vedaniya). Keempat, menghasilkan kegilaan, melemahkan kehidupan rasional kita, membangkitkan nafsu dan emosi, mengganggu iman kita akan kebenaran, dan meruntuhkan perilaku kita (mohaniya). Kelima, menentukan panjang hidup kita (ayuska). Keenam, menentukan kesehatan dan sebagainya (nama). Ketujuh, menentukan keluarga, masyarakat, bangsa, dan ras dari individu (jati). Dan di tempat kedelapan, menghasilkan hambatan bagi jiwa dalam upayanya untuk naik di atas perbudakan, dan mencegah berbuat baik bahkan ketika dia adalah keinginan untuk melakukannya (antaraya). Ini bertindak sebagai penarik ke bawah untuk jiwa, bahkan ketika jiwa ingin naik.
Para pengikut Jainisme memberikan seperangkat kategori yang menunjukkan proses bagaimana individu menjadi ada dan bagaimana dia bisa membebaskan dirinya. Sebuah klasifikasi kategori dari sudut pandang substansi telah diberikan. Para pengikut Jainisme memberikan klasifikasi konsep lain dari sudut pandang filsafat hidup. Ada tujuh: (1) jiwa (jiva), (2) non-jiwa (ajiva atau benda mati), (3) perpindahan (asrava), (4) perbudakan (bandha), (5) pembendungan (samvara), (6) kelelahan (nirjara), (7) pembebasan (moksa). Hubungan antara jiwa dan non-jiwa (materi) adalah perbuatan (karma). Jiwa dan non-jiwa telah dijelaskan. Perpindahan adalah mengalirnnya berbagai macam kegiatan (karma) ke atman murni. Maka hal pertama yang harus dilakukan adalah membendung atau menghalangi aliran ini. Ini disebut pembendungan. Tapi beberapa macam tindakan sudah mengalir masuk dan hal itu harus dihancurkan. Hal ini dapat dihancurkan dengan membiarkan ia melemahkan dirinya sendiri atau melemahkan kegiatan kreatifnya. Fase ini disebut kelelahan atau keausan. Kata menyiratkan bahwa ia menyusun dirinya sendiri atau menjadi tua dan tidak produktif. Kemudian ketika semua kenajisan tindakan padam, seseorang mencapai pembebasan (moksa). Tentu saja, kedua perbuatan baik dan jahat harus diizinkan untuk terlepas.
Aliran aksi-aksi juga disebut yoga, dan hal ini tidak boleh dicampuradukkan dengan yoga, yang berarti latihan fisik dan psikologis yang dimaksudkan untuk memperoleh keselamatan. Atman menjadi seperti kain basah karena nafsu, keinginan, dll, dan tindakan yang dilakukannya itu masuk seperti partikel dan mencemarinya lebih jauh. Kesiapan atman untuk menyerap partikel-partikel ini bergantung pada empat jenis kenajisan - amarah, harga diri, delusi, dan keserakahan. Perpindahan mungkin merupakan perbuatan baik atau perbuatan jahat. Ketika sekali tindakan masuk ke atman, mereka menjadi semacam getaran atau gerakan dalam atman.
Setelah masuknya partikel karma, atman menjadi terikat oleh hukum etis dan dunia material. Kemudian ia mulai memegang keyakinan yang salah tentang dirinya sendiri dan dunia (mithyadarsana), menjadi lekat pada materi fisik dan terus menjadi begitu terikat (avirati), dan menjadi lengah dari kebenaran esensial (pramada). Kenajisan-kenajisan di atas dan kecenderungan-kecenderungan ini memperkuat ikatan dengan dunia material dan ia menetap dalam perbudakan (bandha). Dan perbudakan ini mengasumsikan bentuk dari aksi-tubuh (karmanasarira), bentuk delapan kali lipat dari yang telah dijelaskan di atas.
Cita-cita kehidupan manusia cerdas, karena itu, adalah untuk menyingkirkan semua tindakan. Perlu dicatat bahwa kinerja tindakan, bentuknya ketika memasuki atman, dan bentuk yang menjadi bagian dari atman yang terikat disebut dengan nama yang sama, karma. Jadi ketika para pengikut Jainisme mengatakan bahwa atman harus menyingkirkan karma (tindakan), kita harus mengambil makna ketiga. Karakteristik yang menentukan yang membuat atman terbatas adalah karma dalam arti ketiga. Dan ketika ini disingkirkan, atman menjadi tak terbatas lagi.
(110-111)
(112-113)
Buddha (yang disinari), yang memiliki nama Gautama, menyebarkan ajaran melalui khotbah-khotbah yang disampaikan dengan metode dialog dan tanya-jawab antara ia dan murid-muridnya. Ia tak pernah membukukan ajarannya. Ajaran Buddha ini disebut Dharma. Para pengikutnya mempelajari ajarannya lalu menyebarkan doktrin-doktrin Buddha dengan pengertian masing-masing. Perbedaan pendapat muncul dan 3 sidang diadakan oleh orang-orang penganut ajaran Buddha untuk meluruskan ajaran Buddha.
Sidang pertama diadakan 100 tahun setelah kematian Buddha, sedangkan yang kedua 100 tahun setelah sidang pertama. Sidang ketiga beberapa ratus tahun kemudian. Kemudian kumpulan ajaran-ajaran tersebut dicantumkan di dalam Kitab Tripitaka (Tiga Keranjang).
1.      Vinayapitaka (Peraturan Membimbing)
Berisikan peraturan yang harus dilaksanakan Bikkhu dan juga mengandung kehidupan sang Buddha. Terdiri atas: Sutravibanga, Khandaka, dan Parivara.

2.      Suttapitaka (Khotbah)
Berisi wacana yang disampaikan oleh Buddha di berbagai kesempatan. Ada juga wacana yang disampaikan muridnya. Terdiri dari 5 kumpulan atau buku (Nikaya): Digha Nikaya, Majjhima Nikaya, Anguttara Nikaya, Samyutta Nikaya, Khuddaka Nikaya.

3.      Abhidhammapitaka (Uraian Filsafat Buddha Dhamma)
Berisi uraian filsafat Buddha Dhamma yang mencakup ilmu jiwa, logika, etika, dan metafisika. Terdiri atas: Dhammasangani, Vibhanga, Dhatukatha/Katha Vatthu, Punggalapannatti, Kathayatthu, Yamaka, Patthana.
            Penafsiran tertulis di dalam Tiga Keranjang ini, seterusnya penjelasan rinci hingga banyak literatur bermunculan. Dalam perundingan ini, ketiganya berselisih dan terpecah. Perguruan-perguruan baru mulai terbentuk dengan ajarannya masing-masing. Pandangan dari perguruan-perguruan baru ini yang terpengaruh oleh pemikiran ortodoks, terutama dari Upanisad, menjadi begitu berbeda dari ajaran aslinya. Beberapa perguruan terbaru mengelompokkan diri dan membentuk nama baru. Perubahan besar dari pemikiran ini bermula dari Andhra, tapi berkembang di wilayah Utara dan bernamakan Kendaraan Besar (Mahayana), membedakan mereka dengan kaum Selatan yang bernama Kendaraan Kecil (Hinayana). Kendaraan ini berarti “yang membawa kepada kebenaran yang mulia”.
            Pada Kendaraan Kecil (Hinayana) Tripitaka adalah pegangan yang utama. Pokok ajaran Hinayana yaitu:
1.        Segala sesuatu bersifat fana serta hanya berada untuk sesaat saja
2.        Dharma-dharma itu adalah kenyataan atau relasi yang kecil dan pendek
3.        Tujuan hidup adalah Nirwana, tempat kesadaran ditiadakan
4.        Cita-cita yang tertinggi ialah menjadai ahat

Pengikut Kendaraan Besar (Mahayana) yang terdahulu telah menulis Prajnaparamitasutra (Puncaknya Pengetahuan), yang mana penafsiran berbeda dituliskan.
            Literatur Buddha ada sebanyak perguruannya. Tapi tidak semuanya penting secara filosofis. Beberapa diantaranya bertentangan satu sama lain dalam beberapa masalah pembimbingan, contohnya apakah Bikkhu bisa menggunakan bejana logam atau tidak? Perkembangan doktrin filfsafat lahir di bermacam tingkatan di beberapa perguruan. Karena mereka dapat bebas berpikir lalu menerapkan pemikirannya tersebut, beberapa perguruan menerima elemen lain dari perguruan yang berbeda, maka dari itu terbentuklah perguruan-perguruan gabungan. Di India ada sekitar 30 perguruan Buddhis.
            Buddha dan Mahavira bukanlah sekedar mitos melainkan tokoh sejarah. Buddha merupakan pendiri agama Buddhis, sedangkan Mahavira (pahlawan yang besar) ialah pendiri Jainisme. Titik berat ajaran Buddhisme ada pada rasa belas kasihan dan kearifan. Penekanan ajaran Jainisme adalah pada kesederhanaan dan tanpa luka.

4 Kebenaran Mulia

1.      Dukkha Arya Sacca (Dukkhasatya)
Kebenaran Arya tentang penderitaan. 5 pelekatan pada dunia yang merupakan penderitaan: umur tua, sakit, mati, disatukan dengan yang tak dikasihi, dan tidak mencapai keinginan
2.      Dukkha Samudaya Arya Sacca (Samudayasatya)
Samudaya adalah sebab. Segala penderitaan pasti ada sebabnya. Contoh: yang menyebabkan orang dilahirkan kembali karena adanya keinginan pada hidup
3.      Dukkha Nirodha Arya Sacca (Nirodhasatya)
Nirodha adalah pemadaman. Memberhentikan kesengsaraan dapat dilakukan dengan menghapus keinginan secara sempurna sehingga tak ada lagi tempat bagi keinginan tersebut.
4.      Dukkha Marga Arya Sacca
Marga adalah jalan kelepasan yang merupakan cara-cara yang harus ditempuh agar keluar dari kesengsaraan. Mereka harus melalui Jalan Mulia Berunsur Delapan: Samma Dithi (Pengertian Benar), Samma Sankappa (Pikiran Benar), Samma Vaca (Ucapan Benar), Samma Kammanta (Perbuatan Benar), Samma Ajiva (Penghidupan Benar), Samma Vayama (Usaha Benar), Samma Sati (Perhatian Benar), Samma Samadhi (Konsentrasi Benar).

                 (tambahan)Jainisme adalah sebuah agama kuno dari India yang disebut-sebut dari keluarga iman Dharma. Walaupun pengikutnya adalah kelompok minoritas dengan kurang lebih 49 juta pengikut di India, pengaruh pengikut Jain pada agama, etika, politik, dan ekonomi cukup besar. Penyebaran luas konsep India seperti karma, ahimsa, moksa, dan reinkarnasi, sebenarnya berasal dari guru-guru Jain atau dikembangkan dari sekolah gagasan Shramana, tempat asalnya Jainisme.
                 Karena tradisi beasiswa mereka, pengikut Jain dianggap sebagai komunitas paling terpelajar dan mempunyai perpustakaan tertua di negerinya.
Bpk. Chetan Sangvi, editor dari Jain Center Darpan Digest dan mantan wakil presiden dari Jain Center California Bagian Utara di Amerika Serikat dengan indah menjelaskan tentang kepercayaan Jain.

Chetan Sangvi (L): Tujuan terakhir dari makhluk hidup, menurut filsafat Jain harus mencapai keadaan suci dari roh, dengan menghilangkan semua karma yang sudah melekat pada kita hampir selamanya. Ini adalah keadaan yang sama yang Tirthankar (Guru) kami dan jutaan roh lain sudah mencapainya. Kita menyebut keadaan ini keadaan Siddha.
Akan tetapi, tujuan pengikut Jain dalam lingkaran kehidupan mereka sekarang adalah mengikuti jalan yang menaklukkan kemelekatan dan keengganan. Kami orang awam sudah diperlihatkan langkah sederhana untuk mengikutinya. Ia melibatkan kepercayaan dalam nilai kunci tertentu, ajaran kunci tertentu, melakukan meditasi, berdoa, dan kegiatan rohani lainnya yang akan membantu roh membebaskan dirinya sendiri dari ikatan karma yang pada akhirnya membawa kita melalui beberapa lingkaran kehidupan menuju keadaan yang sama sucinya, Siddha. Keadaan sama dimana Tirthankar kami berada hari ini.
PEMBAWA ACARA: Karma merupakan konsep kunci dari Jainisme. Gagasan ini sama dengan retribusi atau apa yang disinggung Alkitab sebagai: “Apa yang kau tabur, itulah yang kau tuai.”
Chetan Sangvi (L): Unsur karma, menurut Jainisme meliputi seluruh alam semesta. Dengan setiap tindakan yang sadar atau tidak sadar, muncul seketika pada setiap waktu, unsur karma mengikat roh. Jadi, dengan perkataan lain, keadaan kita sekarang, bagaimana ia menjadi sekarang adalah berdasarkan tindakan kita pada masa yang lalu dan bagaimana keadaan kita di masa yang akan datang tergantung pada tindakan kita yang lalu dan tindakan yang kita lakukan hari ini.
Dengan demikian, berdasarkan jenis tindakan yang telah kita lakukan, unsur karmanya bisa kuat ataupun lemah. Ada tindakan tertentu yang dapat kita lakukan untuk menghilangkan unsur karma. Tindakan-tindakan ini adalah meditasi, kegiatan rohani, mengendalikan emosi negatif kita, dan sebagainya. Jadi pada dasarnya menurut Jainisme, roh bertanggung jawab penuh atas tindakan-tindakannya.
Ahimsa adalah cara hidup dimana kita mempunyai welas asih yang alami bagi semua makhluk hidup dan menghormati kebebasan serta kepribadian mereka.
Pengikut Jain menghormati kemerdekaan semua makhluk hidup dan juga mengerti adanya saling ketergantungan di antara semua makhluk hidup dan ketergantungan mereka pada lingkungan dimana mereka tinggal.
Pada tingkat tertinggi, pengikut Jain percaya bahwa kita harus menjalankan kepercayaan, pengetahuan, dan tingkah laku yang benar. Ini akan menghasilkan iman yang tercerahkan, pengetahuan tercerahkan, dan tingkah laku tercerahkan, serta menghasilkan kesucian roh yang tertinggi. Salah satu prinsip kunci yang memandu latihan ini adalah prinsip tanpa kekerasan atau ahimsa.
PEMBAWA ACARA: Melalui perbuatan ahimsa, pengikut Jain percaya bahwa ini akhirnya akan membawa mereka menuju tingkat pembebasan dari ketergantungan serta ikatan emosional.
Chetan Sangvi (L): Cara ahimsa bahkan meluas hingga alam semesta yang mengelilingi kita semua. Jadi kita sekarang membicarakan tentang seluruh kehidupan alam semesta dan bukan kehidupan. Akhirnya, itu ialah keyakinan, pembelajaran, dan tindakan dari cara hidup ahimsa yang membawa kita menuju keadaan akhir, keadaan bebas yang akhir, keadaan bebas dimana kita mencapai keadaan Siddha. Itu adalah keadaan dimana Anda mulai membersihkan diri Anda dari perbudakan, yaitu perbudakan emosional, membersihkan diri kita dari semua kemelekatan dan keengganan.
PEMBAWA ACARA: Untuk menghormati hak hidup dari semua makhluk hidup, Pengikut Jain dengan ketat mematuhi prinsip tanpa kekerasan.
Chetan Sangvi (L): Kami menyadari bahwa makhluk hidup saling tergantung dengan makhluk hidup lain dan lingkungannya. Dengan mengikuti prinsip ahimsa, tujuan pengikut Jain adalah meminimalkan ahimsa atau kekerasan, atau melakukan kerugian minimal bagi makhluk hidup lain. Prinsip Jain percaya bahwa semakin tinggi tingkat kesadaran, semakin besar kemampuan mereka untuk merasakan sakit.
PEMBAWA ACARA: Dalam kepercayaan Jain, ada lima tingkat kesadaran. Manusia dianggap memiliki kesadaran tertinggi, sementara tumbuh-tumbuhan berada pada tingkat terendah.
Heena Nandu (P): Jadi pola makan pengikut Jain berusaha untuk memasukkan makhluk dalam tingkat kesadaran paling rendah dan melibatkan makanan yang terutama dari tumbuhan. Bahkan, di samping itu, seorang biarawan Jain atau pengikut Jain yang lain akan mengonsumsi sangat sedikit makanan, jumlah minimal yang penting bagi kesehatan mereka.
Jadi, kombinasi pola makan mereka lebih memilih tingkat kesadaran yang lebih rendah, dan hanya menggunakan yang diperlukan, itu adalah bagaimana ahimsa memandu pola makan kita.
PEMBAWA ACARA: Biarawan Jain yang mengonsumsi sangat sedikit makanan telah memperlihatkan keefektifan pola makan ini melalui umur mereka yang panjang dan semangat kesejahteraannya. Praktik Jain lainnya juga meningkatkan kesehatan.
Chetan Sangvi (L): Kebiasaan makanan Jain tidak terbatas apa yang kita makan, tapi juga bagaimana kita makan, berapa banyak kita makan, dan kapan kita makan. Sebagai contoh, salah satu praktik Jain adalah tidak makan setelah matahari terbenam. Pengetahuan medis sekarang membuktikan bahwa jika Anda tidak mengonsumsi makanan 3-4 jam sebelum tidur maka itu cara yang sehat.
Pengikut Jain percaya bahwa pola makan vegetarian yang  menghindari tanaman akar tertentu seperti bawang putih dan bawang merah, dan sebagainya bukan saja membantu mengendalikan emosi negatif tertentu tapi juga baik bagi kesehatan mental dan latihan rohani yang dapat membantu Anda mengendalikan emosi negatif Anda, menjalankan meditasi yang lebih baik, dan secara keseluruhan menaikkan kerohanian Anda.
PEMBAWA ACARA: Sudah dibuktikan secara luas oleh komunitas ilmiah melalui riset dan bukti yang empiris bahwa pola makan nabati bermanfaat bagi manusia, bukan saja mencegah banyak penyakit yang disebabkan oleh konsumsi daging seperti kanker dan penyakit jantung, gaya hidup yang lebih sehat ini dapat membantu memperpanjang usia orang. Pengikut Jain melangkah lebih jauh dan juga melakukan puasa sebagai bagian dari kehidupan rutin mereka.
Chetan Sangvi (L): Bagian integral lain dari latihan pengikut Jain adalah puasa pada waktu tertentu. Penelitian ilmiah sekali lagi menunjukkan bahwa sebuah pola makan cairan dalam waktu kira-kira selama periode 24 jam ternyata bermanfaat. Pengikut Jain berpuasa hanya minum air selama 36 jam.
PEMBAWA ACARA: Pengikut Jain berusaha meminimalkan karma dari konsumsi makanan, jadi mereka mengikuti pola makan vegetarian. Juga ada prinsip-prinsip lain yang dilakukan pengikut Jain untuk mengurangi keterikatan karmanya.
Heena Nandu (P): Prinsip welas asih adalah bagian integral dari kebiasaan makanan kita. Tapi itu tidak bebas dari karma, ia meminimalkan sejumlah kekerasan, jadi meminimalkan keterikatan karma. Selain itu, sesuai dengan prinsip Jain, kita dapat meminimalkan lebih lanjut keterikatan karma kita dengan mengonsumsi makanan tanpa keterikatan apapun, tanpa kerja keras untuk mendapat sesuatu yang spesifik, rasa yang spesifik, atau tergiur oleh rasa itu, dan sebagainya. Tetapi makan makanan untuk asupan gizinya saja tanpa keterikatan apapun. Pola makan vegetarian tentu merupakan satu yang menghasilkan jumlah ikatan karma yang paling sedikit.
Chetan Sangvi (L):  Kaum Jain menghormati kemerdekaan setiap makhluk hidup, dan juga memahami saling ketergantungan di antara semua makhluk dan ketergantungannya dengan lingkungan dimana mereka hidup. Pengrusakan yang tidak perlu akan ketiga hal ini berpengaruh negatif pada jiwa yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhinya. Dan sesungguhnya kita tahu bahwa ia berpengaruh jangka panjang pada ekologi.
PEMBAWA ACARA: Melalui prinsipnya yang penuh pertimbangan dan mulia, cara hidup hemat kaum Jain secara alami menjadi sifat ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kenyataannya, ajaran Jain sejak 2.600 tahun yang lalu telah menasihati para praktisinya untuk menahan penggunaan api yang berlebihan karena menghasilkan karbon dioksida, yang mencemari lingkungan kita.
Chetan Sangvi (L): Secara tradisi, jika Anda melihat cara kaum Jain menjalani hidup, dan cara yang telah diajarkan kepada mereka adalah, menyuruh orang untuk bergaya hidup yang melakukan perubahan minimal, pengaruh minimal pada lingkungan di sekitar Anda. Kami dilatih untuk mengonsumsi lebih sedikit. Kami dilatih untuk mempunyai lebih sedikit.
Jadi, kami kaum Jain modern sangat aktif dalam gerakan hijau. Jelas dalam pilihan makanan, kami hanya mengonsumsi kebutuhan yang diperlukan untuk bertahan hidup dan menghindari pengrusakan serta keseimbangan alam.
PEMBAWA ACARA: Seperti halnya guru-guru tercerahkan yang lain, Tirthankar Jain yang ke-24, Mahavir, menyatakan bagaimana kearifan spiritual menggantikan sains dalam banyak aspek, dan bagaimana welas asih menerapkan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Chetan Sangvi (L): Mahavir, 2.600 tahun yang lalu, mengenali, tingkatan kehidupan dan kesadaran tumbuhan, serta beribu-ribu mikroba yang ada yang bahkan tidak bisa kita lihat. Makanan kaum Jain tidak bisa dibuat tanpa menyakiti bentuk kehidupan apapun, tetapi apa yang kaum Jain sarankan adalah kita ingin meminimalkan sakit yang dirasakan oleh tumbuh-tumbuhan dan mikroba hidup lainnya.
Mengonsumsi tanaman berbasis-akar dapat merusak seluruh tumbuhan, sementara memetik buah dari tumbuhan menyebabkan lebih sedikit kesakitan dan tidak membunuh tumbuhan itu. Jadi untuk alasan itulah, tradisi Jain telah menghindari makanan tertentu meskipun berasal dari tumbuhan.
Selain itu, makan tumbuhan tertentu dapat memperburuk emosi negatif tertentu yang akan menghambat pertumbuhan spiritual Anda. Jadi jika Anda lihat hal itu, apa yang menarik tentang makanan kaum Jain, vegetarisme adalah bagian darinya, tetapi pada akhirnya adalah prinsip ahimsa, dan itu adalah hal yang lebih agung.
PEMBAWA ACARA: Pola makan vegetarian untuk kaum Jain tidak hanya masalah menghindari daging untuk para penganutnya, ini adalah perluasan dari kepercayaan ahimsa untuk semua makhluk dan lingkungan mereka.
Heena Nandu (P): Jain secara tradisional telah memperbolehkan produk susu, susu, dan produk yang terkait, tapi dengan jelas tidak mengizinkan telur, terlepas apakah mereka dibuahi atau tidak. Penting untuk dicatat bahwa pada zaman dahulu, susu dihasilkan dari hewan piaraan dan hanya susu yang berlebih yang digunakan untuk dikonsumsi manusia, selaras dengan prinsip ahimsa. Selain itu, secara tradisi, dan bahkan saat ini, kaum Jain mengeluarkan banyak uang untuk mengurus sapi-sapi tua yang tidak menghasilkan susu yang telah memberikan susu sepanjang hidupnya.
Tapi sekarang, karena metode produksi susu besar-besaran oleh peternakan dan perlakuan tidak pantas dari hewan, banyak kaum Jain modern yang menghindari produk susu juga.
Jain menentang penggunaan madu, karena kebanyakan metode produksi madu melibatkan pembunuhan banyak lebah. Berhubungan dengan prinsip yang sama, banyak kaum Jain yang tidak mengenakan sutra. Kembali lagi, proses produksinya membunuh semua ulat sutra.
PEMBAWA ACARA: Orang Jain juga menghindari makanan nabati yang dapat menyebabkan efek tidak langsung kepada makhluk hidup yang lain.
Heena Nandu (P): Yang menarik, sains mengatakan kepada kita bahwa satu centimeter persegi tanah, di dalam dan di sekitar akar tumbuhan jauh lebih banyak kehidupan daripada bagian lain dari tumbuhan yang ada di atas tanah. Tujuan dasar dalam Jainisme sekali lagi adalah untuk meminimalkan himsa. Dan kami akan mencoba dan melakukan itu apakah kami makan akar sayuran atau tidak, tentu saja tidak, atau kami makan buah-buahan dan sayuran dari atas tanah. Jadi kembali lagi, prinsip ahimsa yang membimbing kami dalam memutuskan apa yang kita konsumsi, yang kita makan, dan yang kita gunakan.
Garesh Shah (L): Jadi ini adalah keunikan kaum Jain, bahwa ini bukanlah monopoli kita sepanjang Anda hidup dalam cara ahimsa, Anda benar dan Anda bisa membawa diri Anda ke keselamatan.
Heena Nandu (P): Berhati-hatilah terhadap apa yang Anda konsumsi dan darimana ia berasal, itulah yang kita praktikkan. Banyak Kaum Jain yang melatih pertimbangan yang sama dalam membeli kebutuhan lain. Sebagai contoh, mereka tidak menggunakan produk kulit, memeriksa sumber bahan-bahan dalam sampo dan pembersih, dan sebagainya. Sementara untuk rekomendasi yang lebih ketat, kami ingin menunjukkan bahwa tidak ada istilah sebuah maklumat dalam Jainisme. Kaum Jain diminta untuk menjalani hidup dengan ikatan karma minimal, yang artinya meminimalkan jenis himsa apapun yang Anda lakukan. Jadi kebanyakan kaum Jain mempraktikkan kepercayaan Jain hingga batas kemampuannya dan lingkungan yang ada, sadar dan hati-hati akan tindakannya dan efeknya dalam hal ikatan karma untuk orang lain dan lingkungan di sekitar mereka.
PEMBAWA ACARA: Hidup di dunia yang sementara, ada sebab dan akibat untuk setiap tindakan. Meskipun upaya keras diambil untuk menjalani hidup mengikuti hukum ahimsa, masih ada beberapa balasan yang terjadi. Oleh karena itu, kepercayaan Jain juga termasuk latihan rohani.
Chetan Sangvi (L): Banyak tindakan masa lalu kita yang tidak kita ingat karena itu terjadi dalam kehidupan sebelumnya. Apa yang dalam kendali kita adalah tindakan kita hari ini, dan apa yang kita rencanakan untuk esok. Jika Anda telah melakukan tindakan, konsumsi makanan yang telah menjadi makanan karma di masa lalu, Anda melakukan hal yang sama. Kami sarankan untuk meninggalkan karma Anda. Lakukan latihan rohani, penebusan dosa, penyesalan, penghargaan, kontemplasi, ketetapan hati untuk tidak melakukan hal ini lagi. Jadi langkah yang sama itu untuk meninggalkan karma, langkah ahimsa yang sama untuk membawa Anda ke jalur keselamatan.
PEMBAWA ACARA: Jain percaya jalur non kekerasan harus diterapkan untuk setiap aspek kehidupan seseorang. Ini akan membawa dalam pemenuhan yang lebih besar dan kedamaian pikiran.
Heena Nandu (P): Jadi pada dasarnya, ketika kami berbicara tentang ahimsa, kami ingin mengatakan bahwa Kaum Jain merasa ahimsa tidak hanya dalam hal makhluk hidup yang lain, tindakan melawan mereka, tetapi tindakan secara mental dan verbal. Jadi apapun yang Anda lakukan, sadarlah atau berhati-hatilah dan ketika Anda berpikir dalam hal tindakan mental, fisik, dan verbal, Anda akan memasukkan lingkungan dalam proses pemikiran Anda dan Anda akan menjadi lembut terhadap segalanya, dalam seluruh mikrokosmos di sekitar Anda.
PEMBAWA ACARA: Melalui prinsip Ahimsa kaum Jain, seseorang secara alami akan cenderung ke pertimbangan yang lebih besar dan peduli akan sesama manusia dan hewan sesama penghuni Bumi. Pendekatan kasih ini juga akan meluas ke penjagaan yang lebih baik dari planet kita bersama.
Chetan Sangvi (L): Pesan pertama kami adalah cinta kasih dan hormat untuk semua makhluk hidup, serta mencoba untuk memahami pandangan orang lain, bahkan ketika mereka berbeda dengan Anda dan bahkan jika mereka tidak setuju dengan Anda, dan bahkan jika Anda tidak setuju dengan mereka.
Begitu Anda membuka pintu cinta kasih, berpikiran terbuka, mencoba memahami lingkungan alami di sekitar Anda, mencoba untuk memahami dunia hewan, mencoba untuk memahami dunia tumbuhan, dunia mikroba, Anda akan secara otomatis atau secara alami mulai menghindari atau mengonsumsi makanan berlebihan yang menyebabkan himsa. Dengan berlalunya waktu, Anda akan menjadi vegetarian alami. Jadi kami menyarankan untuk mendidik diri Anda, belajar. Pelajari dunia di sekitar Anda dengan pikiran terbuka, dan Anda secara alami bergerak ke arah itu.
PEMBAWA ACARA: Selama dua puluh tahun yang lalu, Maha Guru Ching Hai telah menganjurkan pola makan vegetarian, untuk kembali ke warisan spiritual kita yang mulia. Sebagai tokoh kemanusiaan terkenal di dunia dan guru spiritual, pesan welas asih Maha Guru Ching Hai telah menyentuh jutaan orang, yang telah menerapkan prinsip ahimsa dalam hidupnya.
Garesh Shah (L): Jalur yang Maha Guru Ching Hai sarankan adalah jalur yang bisa membawa Anda ke keselamatan karena ini berbicara tentang ahimsa melalui vegetarisme. Ini berbicara mengenai kebenaran. Dia berbicara mengenai tidak mengumpulkan atau tidak mengambil yang bukan milik Anda, hidup dengan adil, dan tentu saja, tidak dikendalikan oleh emosi Anda melalui perilaku seksual yang haram atau mengonsumsi produk dan makanan yang mempengaruhi keadaan spiritual Anda dan pikiran Anda. Jadi ini adalah keunikan kaum Jain, bahwa ini bukan monopoli kita. Asalkan Anda hidup dengan cara ahimsa, Anda sudah benar dan Anda bisa membawa diri Anda ke keselamatan.
PEMBAWA ACARA: Sementara Bumi mengalami krisis iklim, Maha Guru Ching Hai tak mengenal lelah dalam mempromosikan solusi penyelamatan planet melalui pola makan vegan melalui berbagai media dan konferensi untuk menggapai masyarakat luas. Melalui upaya pengabdian seperti itu dan perubahan lebih lembut dalam hati manusia, ada harapan untuk keberlanjutan yang lebih besar dari Bumi rumah kita.

Garesh Shah (L): Kita sangat terkesan dengan pesan Maha Guru dan karya yang Anda serta organisasi Anda sedang lakukan untuk membawa pesan positif untuk dunia. Kami menemukan hal itu sangat menarik sehingga banyak khotbah dan filsafat Anda begitu mirip dengan filsafat Jain. Sepertinya kita menyarankan jalur yang begitu mirip dan saya merasa jika kita bertukar pandangan, kita pasti bisa membantu menggerakkan dunia ke keadaan tanpa kekerasan, hijau, dan damai. Atas nama Center Jain California Utara, saya ingin berterima kasih kepada Maha Guru Anda dan organisasi Anda yang telah memberikan kami kesempatan ini untuk berbagi pandangan Jain dengan Anda.

No comments:

Post a Comment