FILSAFAT INDIA(JAINISME)
Dosen:
Drs.
Subari, M.S.
oleh:
Ahmad Yani Fathur Rohman(13/349465/fi/03809)
(tambahan)Jainisme
adalah salah satu ajaran paham jaina di india, yang golongkan ke dalam nastika(heterodoks)karena
tidak mengakui otoritas veda. Tradisi yang dikembangkan adalah heterodoks
, atheisme namun spiritual. Jaina merupakan sebuah agama minoritas, yang masih
hidup hingga saat ini di india.
Dapat dijelaskan lebih
ringkas, agar kita dapat mengetahui lebih dekat dengan apa yang akan penulis
bahas yaitu tentang ajaran jaina (jainisme).
Filsafat India dibagi menjadi dua:
- Astika (Menerima veda), terbagi
dua :
1. Berdasarkan
veda secara langsung, terbagi dua :
a. Menekankan
kehidupan Aktif (Mimamsa)
b. Menekankan
kehidupan Kontemplatif (Vedanta)
2. Berdasarkan
nalar independen (Nyaya, Veisesika, sankhya dan
yoga)
- Nastika (Menolak veda), terbagi
dua :
1. Materialistik
(carvaka)
2. Spiritualistik
(Jaina dan Buddhisme)
jaina artinya
`penakluk spiritual` orang yang telah berhasil menaklukkan keinginan
kenginannya. sekalipun pengikutnya sangat sedikit dibandingkan penduduk india
agama ini masih eksis dengan pengikut pengikutnya yang terpencar diberbagai
wilayah.
Sejarah
Asal mula ajaran ini
diperkirakan sudah ada pada zaman prasejarah india. Orang-orang pengikut jaina
`Jainisme` mempercayai dengan adanya 24 Tirthankkara atau
pendiri keyakinan dari mana keyakinan dan agama jaina diturunkan dan
berkembang. Menurut tradisi jaina, Tirthangkara pertama
adalah Rsabhadevayang merupakan pendiri jainisme dan
terakhir adalah mahavira, pahlawan spiritual besar yang
namanya juga adalah “vardhamana”. Mahavira, nabi terakhir
tidak bisa dipandang sebagai pendiri, karena sebelum beliau ajaran-ajaran jaina
telah ada. Tetapi mahavira memberikan orientasi baru sehingga jaina moderen
menganggap ajaran jaina berasal dari mahavira. Ia hidup pada abad ke enam
sebelum masehi se-zaman dengan budha.
Ajaran ini menekankan
aspek etika yang sangat ketat, terutama komitmennya terhadap konsep ahimsa. Di katakan
oleh para sarjana, konsep ahimsa inilah yang banyak mempengaruhi ajaran-ajaran
berikutnya, seperti Buddha, bhagadgita, dan sebagainya. Menurut tradisi jaina,
garis perguruan yang sangat panjang sejak zaman pra-sejarah diturunkan dimana
keyakinan ajaran ini diteruskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya.
Guru-guru yang telah meneruskan ajaran-ajaran jaina ini berjumlah dua puluh
empat orang, yang disebut Tirthangkara atau penyebar keyakinan dan yang telah
mendapat pencerahan.
Epsitemologi
Dalam aspek
epistemologi, jaina menolak pandangan carvaka bahwa persepsi
hanyalah satu-satunya sumber valid munculnya pengetahuan. Jika kita menolak
kemungkinan memperoleh pengetahuan benar melalui inferensi dan testimoni orang
lain, kita semestinya meragukan validitas persepsi, karena sekalipun persepsi
kadang-kadang bisa bersifat ilusi. Padahal carvaka sendiri memakai inferensi
(anumana) ketika mengatakan bahwa semua inferensi adalah invalid, dan juga
ketika mereka menolak eksistensi objek-objek karena mereka tidak dilihat.
Disamplng persepsi, jaina menerima inferensi dan testimony (sabda) sebagai
sumber pengatahuan valid. Inferensi menberikan pengetahuan valid ketika ia
mengikuti kaidah-kaidah logis yang tepat. Testimoni valid ketika ia merupakan
laporan otoritas terpercaya. Atas otoritas ajaran-ajaran orang-orang sucu yang
telah terbebaskan (jaina atau tirthankara) orang-orang pengikut ajaran ini
mendapatkan pengetahuan yang benar yang tidak dapat diperoleh oleh orang yang
masih terbatas. Testimoni Tirthankara ini tidak diragukan lagi ke-validan-nya.
Jaina
mengklasifikasikan pengetahuan menjadi, pengetahuan langsung (aparoksa) dan
pengetahuan antara (paroksa). Pengetahuan langsung lebih lanjut lagi dibagi
lagi menjadi avadhi, manahparyaya dan kepala; dan pengetahuan antara menjadi
mati dan sruta. Mati mencakup pengetahuan perseptual dan inferensial. Sruta
berarti pengetahuan yang diambil dari otoritas. Avadhi-jnana,
manahparyaya-jnana, dan kevala-jnana merupakan tiga jenis pengetahuan langsung
yang bisa dikatakan sebagai persepsi ekstra biasa dan ekstra sensori avadhi
adalah kemampuan melihat hal-hal yang tidak Nampak oleh indra; manahparyaya
adalah telepathi; dan kevala adalah kemahatahuan. Disamping kelima pengetahuan
benar tersebut diatas, ada juga tiga pengetahuan salah, yaitu samshaya atau
keragu-raguan, viparyaya atau kesalahan dan anandhyavasaya atau pengetahuan
salah melalui kesamaan.[8]
Pengetahuan lagi dibagi
menjadi dua jenis, yaitu pramana atau pengetahuan tentang suatu benda seperti
apa adanya, dan naya atau pengetahuan tentang suatu benda didalam hubungannya
dengan yang lainnya. Naya berarti titik pandang atau pendapat dari mana kita
membuat pernyataan tentang sesuatu . Semua kebenaran adalah relativ terhadap
pandangan kita. Pengetahuan parsial merupakan salah satu aspek yang
takterhitung banyaknya tentang suatu benda disebut “naya” . Terdapat
tujuh naya yang empat pertama adalah artha-naya, kemudian tiga terakhir disebut
sabda-naya.
Jaina percaya dengan
pluralisme roh; terdapat roh-roh sebanyak tubuh hidup yang ada. Tidak hanya roh
dalam binatang, tetapi juga tumbuh-tumbuhan dan bahkan dalam debu. Hal ini juga
diterima dalam ilmu pengetahuan moderen. Semua roh tidak secara sama memilki
kesadaran, ada yang lebih tinggi ada yang lebih rendah. Semaju apapun
indria-indrinya, roh terbelenggu dalam pengetahuan yang terbatas; juga terbatas
dalam tenaga dan mengalami segala jenis penderitaan.Tetapi setiap roh mampu
mencapai kesadaran tak terbatas, kekuatan dan kebahagian. Mereka dihalangi oleh
karma, seperti matahari dihalangi oleh awan. Karma dapat menyebabkan belenggu
roh. Dengan menyingkirkan karma roh dapat memindahkan belenggu dan mendapatkan
kesempurnaan
alamiah.
Tiga cara
menyingkirkan belenggu, yaitu keyakinan yang sempurna dalam ajaran-ajaran
guru-guru jaina, pengetahuan benar dalam ajaran-ajaran tersebut, dan perilaku
yang benar. Perilaku benar terdiri atas praktek tidak menyakiti atau melukai
seluruh makhluk hidup, menghidari kesalahan, mencuri, sensualitas, dan
kemelakatan objek-objek indriya, mengkombinasikan ketiganya di atas, perasaan
akan dikendalikan dan karma yang membelenggu roh akan disingkirkan. Lalu, roh
mencapai kesempurnaan alamiahnya yang tak terbatas, pengetahuan tak terbatas,
dan kebahagian yang tak terbatas. Inilah keadaan miksa menurut ajaran jaina.
Hal ini telah dibukatikan oleh guru-guru dalam tradisi jaina atau Tirthankara.
Mereka memperlihatkan jalan menuju moksa.
Metafisika
Di dalam aspek
metafisikanya, jainisme mengambil posisi realistik dan pluralism relativistik.
Ia disebut atau doktrin pluralistik realitas. Material dan spirit dipandang
sebagai realitas-realitas yang independen dan terpisah. Terdapat atom-atom material
yang tak terhitung jumlahnya dan roh-roh individu aspek-aspek dirinya yang juga
tak terhitung jumlahnya. Sebuah benda mempunyai karakteristik yang tak hingga
jumlahnya . setiap objek mempunyai karakter positif dan negative yang tak
terhitung jumahnya. Adalah tak mungkin bagi manusia biasa untuk mengetahui
semuanya itu. Kita hanya tahu sebagian kecil saja. Oleh karena itu,
jainisme mengatakan ia yang mengetahui semua sifat benda di dalam satu
benda, mengetahui semua sifat semua benda, dan ia mengetahui semua sifat semua
benda. Mengatahui senua sifat di dalam satu benda. Pengetahuan manusia, dengan
melihat kapasitasnya yang terbatas , ia adalah relativ dan terbatas dan
semuanya merupakan keputusan kita. Teori logika dan epistemologi Ajaran jaina
ini disebut “syadvada”. Baik anekantavada maupun syadvada merupakan dua aspek
dari ajaranyang sama –realistik dan prulalistik relativistik. Sisi
metafisikanya bahwa realitas mempunyai karakter yang tak terhitung jumlahnya
disebut anekantavada, sementara pandangan logika dan epistemologinya bahwa kita
hanya dapat mengetahui beberapa aspek saja dari suatu realitas di dunia dan
oleh karena itu keputusan-keputusan kita bersifat relativ, maka ia disebut
syadvada dan ada tujuh golongannya:
1. syadasti:secara
relative, sebuah benda riil.
2. Syannasti:secara
relative, sebuah benda tidak riil.
3. Syadasti
nasty:secara relative, sebuah benda keduanya riil dan tidak riil.
4. Syadavaktavyam:secara
relative, sebuah benda tak bisadijelaskan.
5. Syadasti
cha avaktavyam:secara relative, sebuah benda riil dan tidak bisadijelaskan.
6. Syannasti
cha avaktavyam:secara relative, sebuah benda tidak riil dan tidak dapat di
jelaskan.
7. Syadasti
cha nasty cha avaktavyam: secara relative, sebuah bendarill, tidak riil dan
tidak bisa dijelaskan.
Masyarakat jainisme
terdiri atas pendeta, biara dan orang kebanyakan. Hanya ada lima disiplin
spiritual didalam jainisme. Di dalam kasus kependetaan disiplin ini benar-baner
ketat, kaku dan sangat fanatik. Sementara dalam kasus orang umum hal itu bisa
di modifikasi. Kelima sumpah disebut “sumpah besar” (maha-vrta), sementara bagi
orang umum disebut ‘sumpah kecil’ (anu-vrta). Kelima sumpah tersebut adalah (1)
ahimsa (non kekerasan), (2) satya (kebenaran di dalam pikiran), (3) asteya
(tidak mencuri), (4) brahmacharya (berpantang dari pemenuhan nafsu baik
pikiran, perkataan maupun perbuatan), dan (5) aparigraha (ketakmelekatan dengan
pikiran, perkataan dan prbuatan). Dalam halo rang umum, aturan ini bisa di
modifikasi dan disederhanakan.
Seperti buddhisme,
jainisme adalah sebuah agama yang tidak mempercayai adanya tuhan, menolak veda
oleh karena itu disebut nastika. Tetapi, jaina menekankan pada aspek etika dn
spiritual.
Simpati kepada semua
makhluk hidup adalah salah satu ajaran utama jaina. Jaina juga menghormati
semua jenis pemikiran. System ini menunjukkan bahwa setiap objek mempunyai
aspek-aspek yang tak terbatas yang ditentukan oleh dirinya sendiri dan bukan
dari luar dirinyasendiri atau dari pandangan yang berbeda. Semua keputusan
benar terhadap suatu benda sepanjang berhubungan dengan benda tersebut.
Mengingat keterbatasan pikiran, tidak ada satu pikiran berlaku benar bagi semua
benda atau hal. Kita harus belajar menjaga dan memprtahankan pikiran kita
masing-masing dengan cara menghormati kemungkinan benar pendapat atau pemikiran
orang lain.
Sedangkan Karma adalah
pengikat yang menggabungkan roh dengan tubuh. Keyakinan yang benar, perbuatan
yang benar, pengetahuan yang benar membentuk jalan yanga benar untuk mencapai
pembebasan yang merupakan efek dari ketiganya tadi. Ketiganya ini merupakan
triratna (tiga permata) bagi jainisme.
Sekte
Didalam
perkembangannya, jainisme pecah menjadi dua sekte, yaitu swetambara atau (yang
berpakaian putih) dan dirgambara atau (yang berpakaian langit). Perbedaannya
adalah hanya dalam beberapadetail ajaran dan praktek agama yanga bersifat
minoritas. Secara fundamental tidak ada perbedaannya. Pecahnya menjadi dua
sekte tersebut tidak berpengaruh kepada jainisme yang esensial. Dirgambara lebih
keras dan sangat fanatik, sementara swetambara lebih akomodatif. Aturan agar
berpakaian putih atau telanjang bulat hanya berlaku bagi pendeta tertinggi dan
bukan untuk orang kebanyakan; tidak juga bagi pendeta yang rendah. Menurut
swetambara, pendeta tertinggi harus mengenakan jubah putih, sementara menurut
dirganbara, mereka harus tidak mengenakan kain secarikpun. Menurut sekte
dirgambara mereka harus mempertahankan hidup pertapa yang sempurna, tidur hanya
tiga jam sehari, makan dari meminta-minta, susah waktunya untuk belajar dan
mengajar, dari wanita tidak dapat mencapai pembebasan: sementara swetambara
menolak pandangan ini. Kehidupan kependetaan dirgambara sangat keras dan ketat
didalam hal disiplin. Karenanya pengikutnya sangat kecil jumlahnya.
CARA HIDUP
(90-91) Konsep dharma , sebagaimana telah kita lihat , adalah konsep sentral
dari filosofi Mimamsa . Tapi Carvakas membantah keabsahannya. Tindakan ketika
selesai, Carvakas akan mengatakan, berakhir di sana . Apurva atau potensi laten
dari, yang mengambil tindakan, atau prestasi dan cela tidak dapat dirasakan
sama sekali oleh siapa pun. Karena itu mereka tidak nyata . Ini adalah bodoh
untuk berpikir bahwa tindakan masa lalu menjadi semacam kekuatan yang tak
terlihat ( adrsta ) dan menentukan kelahiran masa depan kita . Bahkan , ada
kelahiran kembali , kita harus mengingatnya . Tidak ada yang ingat kelahiran
sebelumnya .
Hanya menerima persepsi sebagai sumber yang valid pengetahuan , para Carvakas menolak realitas Allah . Tidak seorang pun pernah melihat Allah dan tidak ada yang bisa melihatnya . Para dewa kecil juga tidak ada . Mereka dan Veda milik imajinasi imam licik, yang menemukan mereka untuk mencari nafkah dari mereka dengan wasit pada pengorbanan , dan orang-orang kagum dalam ketaatan dengan mengatakan bahwa Allah akan menghukum mereka , jika mereka tidak mengikuti Veda . Tidak ada surga , tidak ada neraka , ada Tuhan , dan tidak ada hukum etika obyektif. Satu-satunya hukum mengikat manusia adalah hukum-hukum negara , ketaatan yang membawa manfaat dan ketidaktaatan yang membawa hukuman. Dan ilmu ( sastra ) dari hukum negara adalah satu-satunya ilmu dipelajari .
Yang dimaksud dengan surga adalah kesenangan yang kita miliki dalam makan , minum , menyanyi dan di perusahaan dan merangkul perempuan . Dan neraka adalah rasa sakit yang kita alami di dunia ini itu sendiri . Tidak ada gunanya mencoba untuk mendapatkan keselamatan dan kehidupan kekal ketenangan , ada mengakhiri hidup pada saat kematian dan semua akan ketenangan itu. Perbedaan antara keramah kasta dan tugas khas mereka palsu ditetapkan oleh peminatnya . Tidak ada hukum etika obyektif, sehingga seseorang dapat melakukan apa yang disukainya, asalkan ia berhati-hati bahwa tindakannya tidak membawa rasa sakit sebagai akibatnya .
Agama pengorbanan adalah palsu dan hanya disebarkan oleh imam yang tertarik Kehidupan. biarawan hanya milik orang impoten. Jika hewan persembahan pergi ke surga, mengapa tidak seharusnya manusia menawarkan orangtuanya dalam pengorbanan bukan dan mengirim mereka ke surga ? Sungguh , imam tidak percaya pada apa yang berkhotbah. Mereka mengatakan kepada kita bahwa persembahan yang dibuat di dunia ini pada hari peringatan kematian nenek moyang memuaskan rasa lapar dan haus mereka di dunia lain . Jika demikian , api padam dalam satu lampu harus dibakar , saat minyak dituangkan di negara lain . Untuk orang-orang yang hilang itu tidak berguna untuk membuat makanan persembahan , satu mungkin juga menawarkan makanan di rumahnya kepada orang yang telah meninggalkan rumah untuk desa lain . Tidak ada jiwa yang meninggalkan tubuh setelah kematian dan pergi ke dunia lain , jika tidak, karena keterikatannya dengan keluarga dan teman-teman , itu harus datang kembali untuk setiap tubuh . Hidup hanya milik dunia ini dan berakhir di dunia ini . Tidak ada dunia lain . Manusia harus mencoba untuk membuat yang terbaik dari kehidupan ini , tanpa percaya semua bahwa agama Brahmana mengajarkan . Ajaran Veda adalah mereka orang-orang bodoh , penyamun , atau setan . Imam memberitahu kita untuk tidak melukai kehidupan , tetapi karena mereka menyukai daging seperti setan - nisacaras - atau malam - pengembara , siapa Arya ditemukan makan kotor, daging mentah dan memanggil mereka setan - mereka menemukan pengecualian untuk diri mereka sendiri ketika makan daging atau binatang dibakar dalam pengorbanan . Imam ini tidak dapat dipercaya dan manusia harus melakukan apa pun yang mungkin untuk meningkatkan kesenangan dan menghindari rasa sakit . Dan setiap tindakan yang dilakukan demi kesenangan dibenarkan .
Hanya menerima persepsi sebagai sumber yang valid pengetahuan , para Carvakas menolak realitas Allah . Tidak seorang pun pernah melihat Allah dan tidak ada yang bisa melihatnya . Para dewa kecil juga tidak ada . Mereka dan Veda milik imajinasi imam licik, yang menemukan mereka untuk mencari nafkah dari mereka dengan wasit pada pengorbanan , dan orang-orang kagum dalam ketaatan dengan mengatakan bahwa Allah akan menghukum mereka , jika mereka tidak mengikuti Veda . Tidak ada surga , tidak ada neraka , ada Tuhan , dan tidak ada hukum etika obyektif. Satu-satunya hukum mengikat manusia adalah hukum-hukum negara , ketaatan yang membawa manfaat dan ketidaktaatan yang membawa hukuman. Dan ilmu ( sastra ) dari hukum negara adalah satu-satunya ilmu dipelajari .
Yang dimaksud dengan surga adalah kesenangan yang kita miliki dalam makan , minum , menyanyi dan di perusahaan dan merangkul perempuan . Dan neraka adalah rasa sakit yang kita alami di dunia ini itu sendiri . Tidak ada gunanya mencoba untuk mendapatkan keselamatan dan kehidupan kekal ketenangan , ada mengakhiri hidup pada saat kematian dan semua akan ketenangan itu. Perbedaan antara keramah kasta dan tugas khas mereka palsu ditetapkan oleh peminatnya . Tidak ada hukum etika obyektif, sehingga seseorang dapat melakukan apa yang disukainya, asalkan ia berhati-hati bahwa tindakannya tidak membawa rasa sakit sebagai akibatnya .
Agama pengorbanan adalah palsu dan hanya disebarkan oleh imam yang tertarik Kehidupan. biarawan hanya milik orang impoten. Jika hewan persembahan pergi ke surga, mengapa tidak seharusnya manusia menawarkan orangtuanya dalam pengorbanan bukan dan mengirim mereka ke surga ? Sungguh , imam tidak percaya pada apa yang berkhotbah. Mereka mengatakan kepada kita bahwa persembahan yang dibuat di dunia ini pada hari peringatan kematian nenek moyang memuaskan rasa lapar dan haus mereka di dunia lain . Jika demikian , api padam dalam satu lampu harus dibakar , saat minyak dituangkan di negara lain . Untuk orang-orang yang hilang itu tidak berguna untuk membuat makanan persembahan , satu mungkin juga menawarkan makanan di rumahnya kepada orang yang telah meninggalkan rumah untuk desa lain . Tidak ada jiwa yang meninggalkan tubuh setelah kematian dan pergi ke dunia lain , jika tidak, karena keterikatannya dengan keluarga dan teman-teman , itu harus datang kembali untuk setiap tubuh . Hidup hanya milik dunia ini dan berakhir di dunia ini . Tidak ada dunia lain . Manusia harus mencoba untuk membuat yang terbaik dari kehidupan ini , tanpa percaya semua bahwa agama Brahmana mengajarkan . Ajaran Veda adalah mereka orang-orang bodoh , penyamun , atau setan . Imam memberitahu kita untuk tidak melukai kehidupan , tetapi karena mereka menyukai daging seperti setan - nisacaras - atau malam - pengembara , siapa Arya ditemukan makan kotor, daging mentah dan memanggil mereka setan - mereka menemukan pengecualian untuk diri mereka sendiri ketika makan daging atau binatang dibakar dalam pengorbanan . Imam ini tidak dapat dipercaya dan manusia harus melakukan apa pun yang mungkin untuk meningkatkan kesenangan dan menghindari rasa sakit . Dan setiap tindakan yang dilakukan demi kesenangan dibenarkan .
(94-95) pendiri
sekolah ini, Vardhamana, yang memperoleh gelar
Jina (Penakluk, yaitu
dari semua ambisi)
dan Mahavira (Pahlawan
Besar) adalah kontemporer
yang lebih tua dari Budha. Para pemimpin filosofi ini disebut Thirtankaras dan
jumlah pengikut Jainisme dua
puluh empat dari mereka, yang
pertama adalah Rsabha, AName
disebutkan dalam Weda, dan Vardhamana terakhir
dirinya. Rsabha harus
hidup beberapa abad sebelum
Vardhamana dan regareded
sebagai pendiri awal sekolah ini. Tapi itu memperkuat
dan disebarkan oleh Vardhamana.
Meskipun pengikut Jainisme memiliki sejumlah besar literatur, diyakini bahwa
mereka adalah orang-orang yang awalnya tidak punya buku,
tapi setelah ajaran Vardhamana dan propagasi filosofi, ajaran mulai
dikompilasi. Bahkan kemudian upaya pertama untuk mengkompilasi mereka
tampaknya telah dibuat sekitar dua ratus tahun setelah kematian
Vardhamana itu. Namun
presentasi sistematis pertama dibuat oleh Umasvati (sekitar
tahun 300) dalam bukunya Taithvartha-adhigamasutras (pepatah untuk Memahami
Sifat Katagori). Kemudian
muncul beberapa karya sistematis
tentang berbagai cabang filosofi.
Teori Tentang Pengetahuan
Untuk menemukan epistemologi di Jaina biasanya
menggunakan tiga sumber pengetahuan:
persepsi, kesimpulan, dan kesaksian
verbal. Tapi pendekatan
Jaina untuk masalah ini memiliki keganjilan sendiri. Untuk mengetahui suatu objek menjadi sadar. Bagaimana
kesadaran kemudian menangkap objek? Berbeda
dengan kaum mimamsaka, para
pengikut Jainisme mempertahankan kesadaran
yang adalah inti dari atman,
dan atman adalah karena
semua meresapi, daya
mengetahui terbatas dan harus menggunakan indra
dan pikiran untuk pengenalan atas objek. Pengetahuan
hanya transformasi atau modifikasi kesadaran atman,
ketika diarahkan mediately atau segera terhadap objek. Para pengikut Jainisme yang
pluralis dan realis
dan believein eksistensi
independen dari dunia materi. Kita harus ingat di
sini bahwa para pengikut Jainisme menggunakan kedua kata atman
dan jiwa (jiva), mengatakan
bahwa mereka adalah sama kecuali
bahwa jiwa adalah atman dalam murni nya.
Sifat kesadaran adalah untuk mengungkapkan dirinya sendiri dan benda-benda di semua tindakan kognisi. Tetapi memiliki kekuatan asli untuk mengungkapkan objek secara langsung tanpa bantuan pikiran dan rasa. Jadi
ada dua jenis yang berbeda
dari pengetahuan. Para pengikut Jainisme tidak
menganggap bahkan persepsi
sebagai pengetahuan immediete, karena dimediasi oleh pikiran
dan indera. Selalu ada kemungkinan
kesalahan dalam kasus pengetahuan
dimediasi, karena pikiran dan indera mungkin salah. Pengetahuan langsung diperoleh langsung oleh kesadaran atman itu sendiri. Seseorang
yang memiliki pengetahuan langsung sempurna bisa tahu
apa-apa di dunia, namun jauh bahwa objek mungkin.
Tapi atman telah
kehilangan daya kemahatahuan
melalui kotoran dikumpulkan
oleh tindakan (karma) yang
masuk itu. Artinya, semua kesadaran melingkupi atman
menjadi terselubung dan dibatasi oleh mereka Dalam
rangka untuk mendapatkan kembali kemahatahuan
asli, oleh karena itu, manusia harus menyingkirkan tindakan, yang menurut para
pengikut Jainisme, adalah zat yang
terdiri dari partikel kecil seperti
debu . Ketika orang berhasil menyingkirkan semua
tindakan dan kotoran nya dari atman, ia menjadi
Kevaline (Alone) dan
pengetahuan disebut Kevala-jnana (Pengetahuan tentang Sendiri). Seharusnya tidak melalui itu, menurut para pengikut Jainisme,
hanya ada satu atman. Ada jumlah tak terbatas mereka, dan masing-masing sempurna, maha tahu, dan
tak terbatas.
Pengetahuan tentang
Kevelin (the Alone, the Absolute)
adalah yang tertinggi dan dapat tidak memiliki kesalahan. Tapi dua tahap rendah
pengetahuan lain ini segera diakui, dan
mereka sesuai dengan tingkat
kemurnian seseorang mencapai. Tahap berikutnya yang lebih rendah disebut manahparyayay (memasuki
pikiran orang lain). Ketika seorang pria akan menyingkirkan kebencian, iri, dll,
ia naik ke
panggung ini, dan memasuki
pikiran orang lain, dapat mengetahui
semua yang dikandungnya. Ide ini
menyiratkan bahwa, kalau bukan karena
kotoran dari pikiran
kita, setiap atman bisa mengenal yang lain. Pengetahuan langsung yang
lebih rendah berikutnya disebut Avadhi
(terbatas) pengetahuan. Satu dapat mencapai tahap
ini, ketika seseorang sebagian
berhasil menghancurkan kotoran tindakan (karma). Pengetahuan
ini dibatasi dalam ruang lingkup, karena hanya dapat mengetahui benda dengan bentuk, meskipun
jauh dan kecil.
Pengetahuan menengahi dibagi menjadi dua jenis utama, dari
apa yang disimpulkan, atau di mana pikiran aktif,
dan shruti, atau
apa yang didengar atau diketahui melalui
kata-kata yang diucapkan. Mati adalah, sekali lagi, dibagi menjadi persepsi, mengingat (smrti), pengakuan (Sanjna atau pratyabhijna).
(96-97)
Kognisi hubungan modal ( tarka , atau curita ) dan silogisme inferensi (
anumana , atau abhinibodha ) . ini adalah divisi lima kali lipat .ada
pembagian tiga kali lipat juga menjadi persepsi dan memori , dan kognisi
hubungan modal (ini juga bisa menjadi kesimpulan negatif modal dari bentuk
counter faktual bersyarat seperti : 'x Bukan y , itu tidak akan pernah z ,
tetapi x adalah z , sehingga x adalah y ' ) sebagai semacam kesimpulan
. Pengetahuan Sruti hanya pengetahuan verbal. Mungkin pengetahuan
lisan diperoleh dari kitab suci (tentu saja , para pengikut Jainisme berarti
hanya Jaina suci ) atau dari pernyataan atau orang yang dapat diandalkan
. memiliki tiga tahapan utama . tahap pertama adalah mendapatkan
kata-kata sebuah pernyataan dan asosiasi atau hubungan mereka . tahap
kedua adalah refleksi pada kata-kata dan menghadiri kepada mereka
. kata-kata harus tetap bersama-sama dalam pikiran , misalnya harus
dipertahankan dan dihadiri untuk dalam kebersamaan mereka. tahap ketiga
adalah penerapan kata-kata dalam kebersamaan mereka untuk mendapatkan objek
dimaksud . itu sebabnya bentuk terakhir
dari pengetahuan mati dan tahap
terakhir pengetahuan Sruti disebut'aplikasi' (upayoga). setelah
semua, inferensi, juga merupakan penerapan
pengetahuan masa lalu untuk mendapatkan pengetahuan baru.
Proses persepsi dibagi menjadi dua tahap: pertama disebut ketakutan sederhana (darsana), dan pengetahuan kedua (jinana). tapi bahkan ketakutan sederhana melibatkan beberapa tahap,: pertama, saya hanya merasakan rangsangan pada organ-organ indera saya,pada tahap kedua, kesadaran saya keluar dan saya tahu bahwa ada suatu objek, dalam tahap ketiga, saya menjadi inquistive atauinterogasi dan ingin tahu apa sebenarnya benda itu, dalam tahap keempat, saya terlihat lebih penuh perhatian dan mendapatkan beberapa detail dari objek, ingatan saya juga keluar sehingga objek dapat diklasifikasikan dalam genus dan kemudian spesies, dan akhirnya cognized sebagai objek tertentu. tahap ini disebut bahwa penghapusan keraguan, dan di tahap kelima, apa yang cognizedtanpa diragukan lagi disimpan dalam memori.
tarka dalam Jainisme tidak sama seperti yang dari naiyayikas, untuk siapa itu adalah kontra-faktual, positif atau negatif, tetapi umumnya negatif. para pengikut Jainisme termasuk di dalamnya bahkan proposisi yang universal (premis mayor silogisme), yang berada di dasar dari semua conditional kontra-faktual dan mungkin positif atau negatif. itu adalah modal, hubungan yang diperlukan antara dua istilah dan disebut UHA. lihat Yasovijaya, Jainatarkabhasa.
Proses persepsi dibagi menjadi dua tahap: pertama disebut ketakutan sederhana (darsana), dan pengetahuan kedua (jinana). tapi bahkan ketakutan sederhana melibatkan beberapa tahap,: pertama, saya hanya merasakan rangsangan pada organ-organ indera saya,pada tahap kedua, kesadaran saya keluar dan saya tahu bahwa ada suatu objek, dalam tahap ketiga, saya menjadi inquistive atauinterogasi dan ingin tahu apa sebenarnya benda itu, dalam tahap keempat, saya terlihat lebih penuh perhatian dan mendapatkan beberapa detail dari objek, ingatan saya juga keluar sehingga objek dapat diklasifikasikan dalam genus dan kemudian spesies, dan akhirnya cognized sebagai objek tertentu. tahap ini disebut bahwa penghapusan keraguan, dan di tahap kelima, apa yang cognizedtanpa diragukan lagi disimpan dalam memori.
tarka dalam Jainisme tidak sama seperti yang dari naiyayikas, untuk siapa itu adalah kontra-faktual, positif atau negatif, tetapi umumnya negatif. para pengikut Jainisme termasuk di dalamnya bahkan proposisi yang universal (premis mayor silogisme), yang berada di dasar dari semua conditional kontra-faktual dan mungkin positif atau negatif. itu adalah modal, hubungan yang diperlukan antara dua istilah dan disebut UHA. lihat Yasovijaya, Jainatarkabhasa.
ini adalah karya
terbaik pengantar pada Jaina epistomology dan diterbitkanoleh Sanchalaka Singhi Jaina Granthamala, Ahmedabad, 1938.
ketika semua tahapan ketakutan (darsana) selesai, kita memperoleh pengetahuan (jinana). dalam kasus dua bentuk tertinggipengetahuan langsung, berupa ketakutan dan pengetahuan yang lengkap muncul bersama-sama. pengetahuan tersebut adalah intuisinyata. kita mungkin, karena itu mengatakan intuisi yang merupakan dua bentuk tertinggi pengetahuan langsung di mana perantaraanpikiran dan indera untuk kesadaran atman tidak diperlukan sama sekali, dan di mana tidak ada kemungkinan kesalahan
semua pengetahuan yang tidak ada kontradiksi berlaku tidak sah. tapi karena dunia adalah salah satu tindakan, uji efisiensi praktis menegaskan kebenarannya. ini adalah semacam pragmatisme, tetapi itu tidak berarti bahwa semua yang berguna benar, tetapi bahwa semua itu benar berguna. tapi, sekali lagi, kegunaan berarti hanya kemanjuran praktis. Tentu saja ada tes yang diperlukan dalam kasus dua bentuk tertinggi pengetahuan langsung. kesalahan penyajian benda-benda seperti mereka.
doktrin Jaina mode (nayas) sesuai dengan doktrin Yunani dari kiasan, mode, suasana hati, kondisi, atau stand-poin. yang Jainaepistomology diuraikan doktrin ini dalam rangka untuk menunjukkan bahwa beberapa pertimbangan atau proposisi mungkin benartentang objek yang sama, tetapi berbeda sudut pandang anaknya. 'john adalah seorang ayah' adalah benar dari sudut pandang ayahnya sendiri. kemudian 'john adalah seorang ayah, bukan ayah' adalah benar dari sudut pandang gabungan. kita bisa memikirkan banyak jenis contoh untuk menunjukkan bahwa bahkan penilaian kontradiktif bisa benar dari hal yang sama, asalkan kita mengakui bahwa bisa ada titik pandang yang berbeda. menurut doktrin filosofis waktu, para pengikut Jainisme diakui tujuh macam kiasan, dan mereka hanya berlaku untuk dua bentuk pengetahuan tentang hal-hal seperti mereka, meskipun dalam kasus kewaskitaan (Avadhi, pengenalan atasobjek remote) mungkin ada kesalahan.
ketika semua tahapan ketakutan (darsana) selesai, kita memperoleh pengetahuan (jinana). dalam kasus dua bentuk tertinggipengetahuan langsung, berupa ketakutan dan pengetahuan yang lengkap muncul bersama-sama. pengetahuan tersebut adalah intuisinyata. kita mungkin, karena itu mengatakan intuisi yang merupakan dua bentuk tertinggi pengetahuan langsung di mana perantaraanpikiran dan indera untuk kesadaran atman tidak diperlukan sama sekali, dan di mana tidak ada kemungkinan kesalahan
semua pengetahuan yang tidak ada kontradiksi berlaku tidak sah. tapi karena dunia adalah salah satu tindakan, uji efisiensi praktis menegaskan kebenarannya. ini adalah semacam pragmatisme, tetapi itu tidak berarti bahwa semua yang berguna benar, tetapi bahwa semua itu benar berguna. tapi, sekali lagi, kegunaan berarti hanya kemanjuran praktis. Tentu saja ada tes yang diperlukan dalam kasus dua bentuk tertinggi pengetahuan langsung. kesalahan penyajian benda-benda seperti mereka.
doktrin Jaina mode (nayas) sesuai dengan doktrin Yunani dari kiasan, mode, suasana hati, kondisi, atau stand-poin. yang Jainaepistomology diuraikan doktrin ini dalam rangka untuk menunjukkan bahwa beberapa pertimbangan atau proposisi mungkin benartentang objek yang sama, tetapi berbeda sudut pandang anaknya. 'john adalah seorang ayah' adalah benar dari sudut pandang ayahnya sendiri. kemudian 'john adalah seorang ayah, bukan ayah' adalah benar dari sudut pandang gabungan. kita bisa memikirkan banyak jenis contoh untuk menunjukkan bahwa bahkan penilaian kontradiktif bisa benar dari hal yang sama, asalkan kita mengakui bahwa bisa ada titik pandang yang berbeda. menurut doktrin filosofis waktu, para pengikut Jainisme diakui tujuh macam kiasan, dan mereka hanya berlaku untuk dua bentuk pengetahuan tentang hal-hal seperti mereka, meskipun dalam kasus kewaskitaan (Avadhi, pengenalan atasobjek remote) mungkin ada kesalahan.
kiasan ini
berlaku tidak hanya untuk penilaian, tetapi juga
untuk sistem yang
berbeda dari filsafat. yang jaians ingin
menunjukkanbahwa setiap sekolah dan sistem benar,
tetapi dari sudut pandang tertentu dan palsu dari yang
lain. tentu saja, sekolah saingan bertanya mengapa para
pengikut Jainisme tidak menerapkan prinsip ini dengan
filosofi mereka sendiri. tetapi para pengikut Jainisme akan
mengatakan bahwa mereka
(98-99) Tradisi filosofis dari
india
Filsafat adalah pengajaran mahava , yang menjadi kevalin ( sendirian , murni ) dan pengetahuan benar-benar benar
dengan klasifikasi dari kiasan yang diberikan oleh pemikir Jaine berbeda tidak selalu sama dan beberapa dari mereka mendefinisikan kata-kata yang sama berbeda . jadi yang sederhana utama akan diberikan di sini . kiasan ini menjadi kekeliruan ( nayabhasas ) ketika relativitas mereka dilupakan
1 . kiasan penyebab akhir menilai sesuatu dari segi tujuan . seorang pria menyatukan air , kayu bakar , perkakas dan beras . Anda bertanya padanya : apa yang kamu lakukan ? dia akan berkata : iam memasak makanan. tapi stand- titik apa yang dia benar-benar melakukannya , ia tidak memasak makanan , tetapi dari stand- titik tujuan kegiatan , ia adalah memasak makanan
2 . kiasan dari kelas atau koleksi hanya membutuhkan fitur umum seperti nyata dan sisanya sebagai palsu . fitur umum mungkin karakteristik kelas tertinggi atau karakteristik kelas bawah . beberapa filsuf mungkin mengatakan bahwa fitur yang paling umum semua makhluk, yaitu. sendirian nyata dan sisanya palsu, beberapa orang lain mungkin mengatakan bahwa kedua makhluk dan makhluk adalah sama dan benar-benar nyata. tetapi para pengikut Jainisme mengatakan bahwa perbedaan tersebut hanya memiliki kebenaran relatif , yaitu masing-masing benar dari sudut pandang tertentu
Filsafat adalah pengajaran mahava , yang menjadi kevalin ( sendirian , murni ) dan pengetahuan benar-benar benar
dengan klasifikasi dari kiasan yang diberikan oleh pemikir Jaine berbeda tidak selalu sama dan beberapa dari mereka mendefinisikan kata-kata yang sama berbeda . jadi yang sederhana utama akan diberikan di sini . kiasan ini menjadi kekeliruan ( nayabhasas ) ketika relativitas mereka dilupakan
1 . kiasan penyebab akhir menilai sesuatu dari segi tujuan . seorang pria menyatukan air , kayu bakar , perkakas dan beras . Anda bertanya padanya : apa yang kamu lakukan ? dia akan berkata : iam memasak makanan. tapi stand- titik apa yang dia benar-benar melakukannya , ia tidak memasak makanan , tetapi dari stand- titik tujuan kegiatan , ia adalah memasak makanan
2 . kiasan dari kelas atau koleksi hanya membutuhkan fitur umum seperti nyata dan sisanya sebagai palsu . fitur umum mungkin karakteristik kelas tertinggi atau karakteristik kelas bawah . beberapa filsuf mungkin mengatakan bahwa fitur yang paling umum semua makhluk, yaitu. sendirian nyata dan sisanya palsu, beberapa orang lain mungkin mengatakan bahwa kedua makhluk dan makhluk adalah sama dan benar-benar nyata. tetapi para pengikut Jainisme mengatakan bahwa perbedaan tersebut hanya memiliki kebenaran relatif , yaitu masing-masing benar dari sudut pandang tertentu
3. kiasan konveksi mengambil
makna konvensional hanya sebagai benar dan tidak mengambil sifat lebih dalam
dari objek menjadi pertimbangan. para pengikut Jainisme tidak akan mengabaikan
makna tersebut langsung, tetapi cobalah untuk mencari tahu di bawah kondisi apa
yang mereka bisa benar. karena ada beberapa kebenaran relatif dalam setiap viem
dan makna.
4. kiasan dari kabel lurus hanya membutuhkan apa yang terlihat sebagai benar, tanpa mengambil kesulitan mencari lebih dalam. yang buddhist, misalnya melihat bahwa semuanya berubah dan langsung menyimpulkan bahwa semua eksistensi adalah sesaat. tetapi mereka melompat ke kesimpulan induktif dari apa yang hanya terlihat. ada kontinuitas juga di dunia setelah momentariness ini. menurut para pengikut Jainisme, makhluk statis dan momentariness tidak relities mutlak, mereka benar hanya dengan mengacu pada satu sama lain dan jadi relatif
4. kiasan dari kabel lurus hanya membutuhkan apa yang terlihat sebagai benar, tanpa mengambil kesulitan mencari lebih dalam. yang buddhist, misalnya melihat bahwa semuanya berubah dan langsung menyimpulkan bahwa semua eksistensi adalah sesaat. tetapi mereka melompat ke kesimpulan induktif dari apa yang hanya terlihat. ada kontinuitas juga di dunia setelah momentariness ini. menurut para pengikut Jainisme, makhluk statis dan momentariness tidak relities mutlak, mereka benar hanya dengan mengacu pada satu sama lain dan jadi relatif
5.
kiasan kata didasarkan pada hubungan berubah suppesed antara kata dan maknanya.
para pengikut Jainisme tidak menerima pandangan Mimamsa bahwa hubungan ini
abadi. kata yang berbeda mungkin memiliki arti yang sama dan kata yang sama
mungkin memiliki arti yang berbeda dan mungkin juga mengubah meanin nya.
thebrelation antara kata dan makna hanya relatif terhadap waktu, tempat dan
konteks
6. kiasan etimologi memahami sifat dari suatu obyek dengan mengambil akar etimologi logis dari nama menjadi pertimbangan.
6. kiasan etimologi memahami sifat dari suatu obyek dengan mengambil akar etimologi logis dari nama menjadi pertimbangan.
7 . kiasan itu sangat membutuhkan arti akar kata ,
dalam kasus di mana itu adalah sah untuk melakukannya tetapi menolak untuk
mengambil makna lain , yang juga mungkin benar objek. setiap benda memiliki banyak kualitas , dan
nama aslinya bisa merujuk etymologycaly salah satu dari mereka .
tapi mungkin ada nama lain mengacu lain kualitas nya , dan satu dapat mengatakan bahwa nama pertama hanya yang benar .
tapi setiap kata yang benar relatif terhadap kualitas objek itu mengacu .
misalnya, seseorang mungkin memanggil roh dengan nama atman (roh) atau jiva (satu hidup). menurut atribut dari objek yang ada dalam pikiran .
tapi mungkin ada nama lain mengacu lain kualitas nya , dan satu dapat mengatakan bahwa nama pertama hanya yang benar .
tapi setiap kata yang benar relatif terhadap kualitas objek itu mengacu .
misalnya, seseorang mungkin memanggil roh dengan nama atman (roh) atau jiva (satu hidup). menurut atribut dari objek yang ada dalam pikiran .
dari
doktrin
kiasan
muncul
doktrin
predikasi
AC
tujuh
kali lipat. tujuh
bentuk
penghakiman
yang
diberikan di bawah
prediksi AC
tidak
sesuai 1-1,
dengan
tujuh kiasan
yang
diberikan di atas. di bawah setiap
kiasan
suatu
predikasi tujuh kali lipat
dapat
dibuat.
setelah
itu diterima
bahwa
kebenaran dikondisikan
oleh
kiasan
atau
sudut pandang, maka tujuh jenis
penilaian
dapat
dibuat, setiap orang
yang
benar relatif.
tujuh
bentuk
dapat
disebut pernyataan
modal
(nay
berarti
mode)
tetapi
mereka tidak
harus
bingung dengan penghakiman
modalitas
dalam
logika Barat.
bentuk
tujuh
adalah
sebagai berikut:
(100-101) Tradisi Filsafat India
(100-101) Tradisi Filsafat India
1.
bagaimanapun juga S adalah P
2.
Bagaimanapun juga S bukanlah P
3.
bagaimanapun juga S adalah P dan bukan-P
4.
Bagaimanapun juga S tidak dapat dilukiskan
5.
bagaimanapun juga S adalah P dan tidak dapat digambarkan
6.
kemudian kita harus mengombinasikan 2 dan 4 dan mendapatkan.bagaimanapun
juga S adalah bukan-P dan tidak dapat digambarkan
7.
Dan akhirnya kita boleh mengombinasikan 3 dan 4 yang menghasilkan Bagaimanapun
juga S adalah P dan bukan-P dan tidak dapat digambarkan
‘S tidak dapat dilukiskan’ berarti bahwa
kita menolak P, bukan-P, dan P sekaligus bukan-P, oleh karena itu S bukanlah P, atau tidak-P, atau keduanya
itu
berarti bahwa kita tidak dapat menggambarkan s oleh salah
satu predikat yang berlawanan. Sekarang, prediksi tujuh
kali lipat ini dapat diterapkan
untuk proposisi eksistensial juga seperti 'S ada'.
para pengikut Jainisme akan mengatakan bahwa dari
sudut pandang persepsimikroskopis, kuman ada, dan
bahwa mereka tidak ada dari
sudut pandang persepsi biasa. Sesuai dengan penjelasan diatas
kita kembali memperoleh tujuh preposisi:
1.
S ada
2.
S tidak ada
3.
S ada dan tidak ada
4.
S tidak dapat digambarkan
5.
S ada dan tidak dapat digambarkan
6.
S tidak ada dan dan dapat digambarkan
7.
S ada dan tidak ada dan dapat dijelaskan
Doktrin benaran tujuh kali lipat ini dinamakan syadvada (doktrin
dari ‘biarlah menjadi’) atau doktrin prediksi yang dikondisikan.
METAFISIKA
Filsafat
Jaina bersifat realistis dan pluralistis. Terdapat keberagaman objek dan jives
(atmans) dan semuanya itu adalah nyata, dan dan objek dari pengetahuan
kita adalah nyata juga, tetapi bukanlah ide belaka. Akan tetapi metafisika
Jaina adalah metafisika substansi. Segalanya, termasuk tindakan, adalah
substansi (zat). seseorang dapat
menemukan ide tindakan menjadi substansi yang
menjadi sangat aneh, tetapiditemukan dalam teori
modern bahwa hal tersebut hanya proses. Jainas mengandung setiap
eksistensi sebagai zat. Aksi ada dan adalah, oleh karena itu, sebuah substansi.
divisi utama yang diadopsi
oleh para pengikut Jainisme adalah yang berada di
antara hidup atau zat animasi dan zat
non-hidup atau mati. Waktu (Kala) termasuk di dalam zat atau substansi
yang tak berjiwa atau mati. tetapi karena tidak diperpanjang seperti ruang ,
itu diberikan sebagai kategori dengan sendirinya dalam grafik di atas.
sebenarnya ada lima zat-zat mati;waktu,gerakan,istirahat,ruang,dan tubuh fisik,
yang mana hanya tubuh yang memiliki bagian-bagiannya.
(102-103)
(104-105)Bahkan
tanpa pikiran (manas), jiwa
bisa tahu segalanya. Kehadiran pikiran bekerja hanya untuk membatasi pengetahuan jiwa, dan diperlukan
untuk jiwa dalam perbudakan,
ketika jiwa tidak
dapat mengetahui benda tanpa
pikiran dan panca indra.
Jiwa bukan hanya orang yang
berpengetahuan ( Janata ) tetapi juga penikmat ( bhokta ) . Para pengikut
Jainisme tidak menerima pandangan filsuf Advaita bahwa, sementara jiwa adalah
mengetahui dan penikmat tersebut , atman bukanlah orang yang berpengetahuan
atau penikmat tersebut . Keberadaan atman itu sendiri harus dibuktikan seperti
itu untuk yang mengetahui dan penikmat tersebut . Para pengikut Jainisme ,
seperti sekolah ortodoks , upaya untuk membuktikan , seperti terhadap Carvakas
, keberadaan atman . Pertama , yang mengetahui benda bukanlah tubuh fisik ,
tetapi sesuatu yang lain . Tubuh fisik anorganik dan tidak bisa tahu apa-apa .
Pikiran dan rasa tidak dapat mengetahui, karena yang mengetahui adalah
orang yang berpengetahuan pikiran dan akal juga dan berpengetahuan tidak dapat
ketahui . Kedua , ada pengarah dan pengendali tindakan pikiran dan rasa dan
juga dari tubuh fisik . Dan sutradara dan controller adalah atman . Ketiga ,
atman sebagai pengendali harus, karena itu , harus aktif dan tidak hanya pada -
tampan tindakan . Jika tidak agen tindakan , maka tidak akan menderita kerugian
dari perbuatan jahat . Dan jika tidak menderita , tidak ada kebutuhan hukum
etika dan perjuangan untuk keselamatan . Di tempat keempat, karena atman itu
sendiri menderita kerugian dari tindakan jahat dan menikmati buah dari manfaat
perbuatan baik , itu adalah penikmat ( bhokta ) .
Argumentasi pertama dan kedua
ditujukan terhadap pandangan Carvaka bahwa atman adalah hanya tubuh fisik .
Para pengikut Jainisme menerima bahwa atman tidak dapat dirasakan oleh indera ,
dan mengatakan bahwa alasannya adalah bahwa itu bukan objek eksternal . Tapi
itu langsung dikenal sebagai subyek mengetahui dan menikmati dan sifatnya
adalah kesadaran. Untuk menghilangkan keraguan , para pengikut Jainisme
memajukan argumen yang lebih . Pertama , partikel materi tidak dapat
menghasilkan atman , karena aktivitas mereka harus dipandu oleh beberapa
lembaga cerdas. Dan lembaga itu adalah atman sadar. Kedua , kita tidak bisa
membuktikan bahwa kesadaran dapat dihasilkan oleh materi . Tidak ada contoh
sama sekali , di mana materi belaka menghasilkan kesadaran , dan atas dasar
mana kita dapat menegaskan hal yang menghasilkan kesadaran. Para Carvakas
mengatakan bahwa kita harus percaya apa yang hanya persepsi mengungkapkan ,
tetapi persepsi tidak memberikan satu contoh dari hal menghasilkan kesadaran.
Dan sebenarnya di sini Carvakas membuat kesimpulan , yang mereka sendiri anggap
tidak berguna. Di tempat ketiga, jika kesadaran merupakan karakteristik khas
yang tubuh fisik memperoleh ehen bagian-bagiannya memasukkan konfigurasi
tertentu , maka harus ada kesadaran selalu begitu selama tubuh kita masih hidup.
Tapi dalam tidur dan pingsan tidak ada kesadaran. Di tempat keempat, oleh
karena itu, kita harus menjelaskan pernyataan seperti "saya ramping"
, "saya tinggi" , dll Seperti hanya kiasan , karena kebiasaan atman
mengidentifikasi dirinya dengan tubuh.
Kita harus mencatat di sini bahwa argumen ini dikemukakan oleh semua
sekolah ortodoks juga terhadap
Carvakas. Para pengikut
Advaita Vedanta, seperti
yang akan kita lihat nanti, mempertahankan
bahwa atman oleh alam bukanlah orang yang berpengetahuan atau penikmat tersebut.
Tapi hampir semua sekolah ortodoks lain termasuk Mimamsa
percaya bahwa itu adalah mengetahui dan penikmat juga. Seperti melawan
Vedantist Advaita, mereka maju, bersama dengan para pengikut Jainisme,
ketiga
dan
keempat argumen yang
diberikan sebelumnya untuk menunjukkan bahwa atman adalah baik mengetahui
dan penikmat tersebut.
Atman atau jiva, menurut para
pengikut Jainisme, tidak spasial dengan sendirinya, tetapi dapat menempati
ruang. Cahaya lampu, misalnya, bisa menempati semacam ruang. Jika ruangan
bulat, menempati ruang bulat, jika itu adalah persegi panjang, menempati ruang
persegi panjang. Jika ruangan kecil, ia menempati ruang kecil, dan jika besar,
ruang besar. Demikian pula, atman dapat menempati ruang dari tubuh dengan yang
terhubung. Dalam nyamuk, atman adalah sekecil nyamuk, tetapi dalam gajah, itu
adalah sebagai besar. Ini adalah sifat atman untuk menjadi kecil atau besar
sampai menjadi besar seperti alam semesta itu sendiri. Namun oleh alam tidak
memiliki bentuk, tetapi mengambil bentuk obyek dengan yang mengidentifikasi
dirinya.
Karma
doktrin tindakan (karma), sejauh ini
membantu hasil etika pergi, adalah sama dengan Mimamsa tersebut. Kecuali
Carvakas, semua sekolah filsafat India, baik ortodoks dan heterodoks, diterima
pentingnya etika dan dianggap dunia sebagai dunia tindakan. Tapi sementara
Mimamsa shool mengembangkan gagasan menjadi tindakan metafisika potensi (Apurva
adrsta), para pengikut Jainisme berkembang menjadi metafisika substansi. Tapi
anehnya, ia tidak menemukan tempat terpisah antara kategori yang diberikan
dalam tabel. Tampaknya hal ini terkait entah bagaimana dengan prinsip Motion
(dharma), dan mungkin salah satu bentuk itu. Tapi satu tidak bisa terlalu
yakin, karena ....
(106-107) Pengikut Jainisme mengatakan
bahwa tindakan ( karma ) terdiri dari partikel , tapi dharma ( gerak ) tidak
terdiri dari partikel . Ini adalah salah satu dan tak terbagi .Aksi ( karma )
adalah seperti debu , dan atman adalah seperti membersihkan kain basah,di mana
nafsu dan emosi masuk. Ini adalah sifat debu untuk menempel pada kain basah dan
membuatnyatidak murni . Ketika atman ternoda oleh karma , kehilangan
kemurniannya , menjadi terikat untuk itu , dan ditentukan oleh hukum karma .
Hal ini kemudian menjadi terbatas , dan tujuan atman , karena itu, adalah untuk
menyingkirkan karma . Para pengikut Jainisme menekankan pentingnya
menyingkirkan karma sama kuatnya dengan Vedantin advaita dan buddists
menekankan pentingnya menyingkirkan maya atau avidya ( ketidaktahuan ,
ketidaksadaran ) .Sifat dan tujuan hidup
Setiap
atman , menurut jainsm , awalnya murni , tetapi partikel atau debu tindakan
karma berhasil masuk dan itu menjadi tidak murni . Kemudian mulai ti pikir itu kurang
ini atau itu , keinginan, dan tindakan untuk memperoleh itu . Kegiatan ini semakin
menambah debu murni karma.di atman , yang menjadi , anggota dari dunia hukum
tindakan. Ini adalah keunggulan lupa dengan dunia tindakan dan terikat untuk
itu . Artinya, memasuki perbudakan dan terbelenggu oleh hukum dunia tindakan .
Perbudakan , dalam filsafat India , harus dipahami bukan hanya sebagai dunia
material di mana aturan sebab-akibat , tetapi juga sebagai bahwa dunia di mana
motivasi penguasa sejauh motif motif atman finitized dan untuk tujuan terbatas
. Motif seperti menjadi faktor kekuatan kreatif dunia .Bagaimana motif atau
niat menjadi sa penyebab , menurut pemikiran India secara umum , dapat dijelaskan
demikian .
dalam
filsafat India perbedaan antara motif dan niat tidak jelas ditarik , dan karena
itu kita akan mengabaikan hal itu . Sekarang , saya ingin hidup kaya dan saya
melakukan amal tertentu. Ini amal , yaitu tindakan amal saya, akan baik dalam
kehidupan ini atau di akhirat . Tindakan ini masuk atman saya dalam bentuk
potensi - seperti debu karma dalam Jainisme – dan berkontribusi untuk
penciptaan kondisi di mana saya menjadi kaya . Para pengikut Jainisme
mengatakan bahwa tindakan saya , saat selesai , menjadi seperti partikel debu
halus dan masukkan saya atman , kumarila , salah satu kaum mimamsaka ,
mengatakan bahwa tindakan saya menjadi potensi dan berada di atman saya, dan
Prabhakara , mimamsaka lain , menyatakan bahwa mereka menghasilkan potensi
kreatif.Tetapi dalam semua kasus , kita menemukan bahwa tindakan kita menjadi
atau menghasilkan beberapa bentuk halus dan tinggal di atman kami dan dari sana
mulai bertindak atas dunia . Kita dapat mengatakan bahwa konsepsi Jaina
tindakan sebagai semacam substansi , meskipun debu , adalah beberapa apa lebih
kasar konsepsi daripada Mimamsa tersebut . Dan kecenderungan umum dari semua
sekolah , kecuali carvaka , adalah berpikir bahwa tindakan menjadi kekuatan
kausal halus menentukan kondisi di mana hingga jiva menemukan diri dalam hal
ini dan kehidupan yang akan datang .
Sekarang
, tidak ada tindakan yang dilakukan tanpa tujuan , tanpa keinginan untuk
mencapai sesuatu. tujuan ini adalah motif dari tindakan kita , yang pada
gilirannya potensi menjadi kreatif di langsung dan masa depan distand , sampai
mereka knalpot sendiri . Selanjutnya , jika saya seorang dermawan dan terus
melakukan tindakan philantropicst (bekerja ) , kemauan saya untuk melakukan
tindakan seperti itu juga diintensifkan . demikian pula , tindakan kriminal
berulang kriminal memperkuat kecenderungan kriminal , yaitu untuk melakukan
tindak pidana menjadi lebih kuat dan lebih kuat , dan ia melakukan keduanya
sadar dan tidak sadar . Sekarang , para filsuf India berpikir bahwa takdir
begitu baik dan menghasilkan yang , dalam kelahiran berikutnya , itu akan
menciptakan bagi kita hidup di mana kita dapat menikmati permorming tindakan
seperti semua lebih . Artinya, sadar akan dalam kita mampu menghasilkan kondisi
seperti bagi kita . Misalnya adalah aman menuruti dalam tindakan kejam dalam
kehidupan ini dan menemukan bahwa sayangnya untuk dia kondisi kehidupan tidak
mengizinkan dia untuk melanjutkan pembunuhan di hutan tanpa pertanyaan sesal .
Aplikasi mewah dan fantastis ide ini dibuat dalam literatur . Tetapi bagian
filosofis penting dari doktrin ini adalah bahwa tidak hanya keinginan kita
tetapi juga karakter kita adalah untuk tingkat yang sangat besar dibentuk oleh
tindakan menentukan kondisi kehidupan masa depan kita juga . Baik kita bisa
membuktikan atau menyangkal doktrin kelahiran kembali . Tetapi jika semua
tindakan harus memiliki buah mereka , yang kita harus menikmati , beberapa
doktrin seperti itu kelahiran kembali tampaknya menjadi yang paling memuaskan ,
asalkan kebebasan batin manusia untuk menyingkirkan kondisi sekarang ini juga
diberikan pertimbangan penuh .
Jadi
ada tiga jenis keberadaan untuk semua filosofi spiritual india . Pertama, ada
dunia materi , yang benar-benar diatur oleh hukum tentu sebab dan akibat .
kedua, ada dunia etika , yang meliputi tidak hanya dunia manusia dengan
hukum-hukum sosial , tetapi juga merupakan bagian dari dunia luar , bagian ini
adalah ....
(108-109) ...bahwa dari alam bawah sadar kita yang lebih dalam, tunduk
pada hukum-hukum etika, tetapi belum menjadi kreatif tanpa pengetahuan kita,
meskipun kesadaran kita ingin. Lapisan batin yang mendalam di masing-masing dari
kita memiliki akar yang lebih dalam ke dalam kekuatan kreatif, yaitu kekuatan
spiritual alam semesta. Hal ini mungkin tidak dapat diterima baik oleh kaum
mimamsaka atau para pengikut Jainisme, tapi diterima dalam bentuk yang berbeda
oleh masing-masing pengajaran. Di tempat ketiga, ada keberadaan jiwa-jiwa murni,
atau roh, yang ada dengan sendirinya. Dua bentuk pertama eksistensi diatur oleh
hukum-hukum, hukum materi dan hukum kekuatan alam bawah sadar, keduanya tidak
sadar. Sekarang, atman, yang awalnya murni, entah bagaimana menjadi kusut di
jaringan kedua jenis hukum tapi masih ada harapan. Atman-atman itu murni secara
alami, dan bebas dari belenggu hukum-hukum. Mereka sering menunjukkan kebebasan
mereka bahkan ketika bekerja dalam jaringan dari kedua jenis hukum. Dan agar benar-benar bebas dari belenggu hukum, para atman harus menyadari sifat asli mereka.
Para pengikut Jainisme mengatakan bahwa, ketika tindakan (karma) memasuki atman, itu mengasumsikan
delapan bentuk, yang semuanya bersama-sama membentuk apa yang disebut 'body of
action' (karmanasartra). Pertama,
tindakan (karma) mengaburkan
pengetahuan yang benar (jnanavaraniya),
dan menghasilkan derajat pengetahuan yang berbeda. Kedua, mengaburkan bentuk
yang benar dari kontak langsung dengan objek (darsanavaraniya). Ketiga, mengaburkan sifat asli dari atman-kebahagiaan-dan
menghasilkan kesenangan sementara dan rasa sakit (vedaniya). Keempat, menghasilkan kegilaan, melemahkan kehidupan
rasional kita, membangkitkan nafsu dan emosi, mengganggu iman kita akan
kebenaran, dan meruntuhkan perilaku kita (mohaniya).
Kelima, menentukan panjang hidup kita (ayuska).
Keenam, menentukan kesehatan dan sebagainya (nama). Ketujuh, menentukan keluarga, masyarakat, bangsa, dan ras
dari individu (jati). Dan di tempat
kedelapan, menghasilkan hambatan bagi jiwa dalam upayanya untuk naik di atas
perbudakan, dan mencegah berbuat baik bahkan ketika dia adalah keinginan untuk
melakukannya (antaraya). Ini
bertindak sebagai penarik ke bawah untuk jiwa, bahkan ketika jiwa ingin naik.
Para pengikut Jainisme memberikan seperangkat kategori yang menunjukkan
proses bagaimana individu menjadi ada dan bagaimana dia bisa membebaskan
dirinya. Sebuah klasifikasi kategori dari sudut pandang substansi telah
diberikan. Para pengikut Jainisme memberikan klasifikasi konsep lain dari sudut
pandang filsafat hidup.
Ada tujuh: (1) jiwa (jiva), (2)
non-jiwa (ajiva atau benda mati), (3)
perpindahan (asrava), (4) perbudakan
(bandha), (5) pembendungan (samvara), (6) kelelahan (nirjara), (7) pembebasan (moksa). Hubungan antara jiwa dan
non-jiwa (materi) adalah perbuatan (karma).
Jiwa dan non-jiwa telah dijelaskan. Perpindahan adalah mengalirnnya berbagai
macam kegiatan (karma) ke atman
murni. Maka hal pertama yang harus dilakukan adalah membendung atau menghalangi
aliran ini. Ini disebut pembendungan. Tapi beberapa macam tindakan sudah
mengalir masuk dan hal itu harus dihancurkan. Hal ini dapat dihancurkan dengan
membiarkan ia melemahkan dirinya sendiri atau melemahkan kegiatan kreatifnya.
Fase ini disebut kelelahan atau keausan. Kata menyiratkan bahwa ia menyusun
dirinya sendiri atau menjadi tua dan tidak produktif. Kemudian ketika semua
kenajisan tindakan padam, seseorang mencapai pembebasan (moksa). Tentu saja,
kedua perbuatan baik dan jahat harus diizinkan untuk terlepas.
Aliran aksi-aksi juga disebut yoga, dan hal ini tidak boleh
dicampuradukkan dengan yoga, yang
berarti latihan fisik dan psikologis yang dimaksudkan untuk memperoleh
keselamatan. Atman menjadi seperti kain basah karena nafsu, keinginan, dll, dan
tindakan yang dilakukannya itu masuk seperti partikel dan mencemarinya lebih
jauh. Kesiapan atman untuk menyerap partikel-partikel ini bergantung pada empat
jenis kenajisan - amarah, harga diri, delusi, dan keserakahan. Perpindahan
mungkin merupakan perbuatan baik atau perbuatan jahat. Ketika sekali tindakan
masuk ke atman, mereka menjadi semacam getaran atau gerakan dalam atman.
Setelah masuknya partikel karma, atman
menjadi terikat oleh hukum etis dan dunia material. Kemudian ia mulai memegang
keyakinan yang salah tentang dirinya sendiri dan dunia (mithyadarsana), menjadi
lekat pada materi fisik dan terus menjadi begitu terikat (avirati), dan menjadi lengah dari kebenaran esensial (pramada). Kenajisan-kenajisan di atas
dan kecenderungan-kecenderungan ini memperkuat ikatan dengan dunia material dan
ia menetap dalam perbudakan (bandha).
Dan perbudakan ini mengasumsikan bentuk dari aksi-tubuh (karmanasarira), bentuk delapan kali lipat dari yang telah
dijelaskan di atas.
Cita-cita kehidupan manusia cerdas,
karena itu, adalah untuk menyingkirkan semua tindakan. Perlu dicatat bahwa
kinerja tindakan, bentuknya ketika memasuki atman, dan bentuk yang menjadi
bagian dari atman yang terikat disebut dengan nama yang sama, karma. Jadi ketika para pengikut
Jainisme mengatakan bahwa atman harus menyingkirkan karma (tindakan), kita harus mengambil makna ketiga. Karakteristik
yang menentukan yang membuat atman terbatas adalah karma dalam arti ketiga. Dan
ketika ini disingkirkan, atman menjadi tak terbatas lagi.
(110-111)
(112-113)
Buddha (yang disinari), yang memiliki nama
Gautama, menyebarkan ajaran melalui khotbah-khotbah yang disampaikan dengan
metode dialog dan tanya-jawab antara ia dan murid-muridnya. Ia tak pernah
membukukan ajarannya. Ajaran Buddha ini disebut Dharma. Para pengikutnya
mempelajari ajarannya lalu menyebarkan doktrin-doktrin Buddha dengan pengertian
masing-masing. Perbedaan pendapat muncul dan 3 sidang diadakan oleh orang-orang
penganut ajaran Buddha untuk meluruskan ajaran Buddha.
Sidang pertama diadakan 100 tahun
setelah kematian Buddha, sedangkan yang kedua 100 tahun setelah sidang pertama.
Sidang ketiga beberapa ratus tahun kemudian. Kemudian kumpulan ajaran-ajaran
tersebut dicantumkan di dalam Kitab Tripitaka (Tiga Keranjang).
1.
Vinayapitaka
(Peraturan Membimbing)
Berisikan
peraturan yang harus dilaksanakan Bikkhu dan juga mengandung kehidupan sang
Buddha. Terdiri atas: Sutravibanga, Khandaka, dan Parivara.
2.
Suttapitaka
(Khotbah)
Berisi wacana yang disampaikan oleh
Buddha di berbagai kesempatan. Ada juga wacana yang disampaikan muridnya.
Terdiri dari 5 kumpulan atau buku (Nikaya): Digha Nikaya, Majjhima Nikaya,
Anguttara Nikaya, Samyutta Nikaya, Khuddaka Nikaya.
3.
Abhidhammapitaka
(Uraian Filsafat Buddha Dhamma)
Berisi uraian filsafat Buddha Dhamma
yang mencakup ilmu jiwa, logika, etika, dan metafisika. Terdiri atas:
Dhammasangani, Vibhanga, Dhatukatha/Katha Vatthu, Punggalapannatti,
Kathayatthu, Yamaka, Patthana.
Penafsiran tertulis di dalam Tiga
Keranjang ini, seterusnya penjelasan rinci hingga banyak literatur bermunculan.
Dalam perundingan ini, ketiganya berselisih dan terpecah. Perguruan-perguruan
baru mulai terbentuk dengan ajarannya masing-masing. Pandangan dari
perguruan-perguruan baru ini yang terpengaruh oleh pemikiran ortodoks, terutama
dari Upanisad, menjadi begitu berbeda dari ajaran aslinya. Beberapa perguruan
terbaru mengelompokkan diri dan membentuk nama baru. Perubahan besar dari
pemikiran ini bermula dari Andhra, tapi berkembang di wilayah Utara dan
bernamakan Kendaraan Besar (Mahayana), membedakan mereka dengan kaum Selatan
yang bernama Kendaraan Kecil (Hinayana). Kendaraan ini berarti “yang membawa
kepada kebenaran yang mulia”.
Pada Kendaraan Kecil (Hinayana)
Tripitaka adalah pegangan yang utama. Pokok ajaran Hinayana yaitu:
1.
Segala
sesuatu bersifat fana serta hanya berada untuk sesaat saja
2.
Dharma-dharma
itu adalah kenyataan atau relasi yang kecil dan pendek
3.
Tujuan
hidup adalah Nirwana, tempat kesadaran ditiadakan
4.
Cita-cita
yang tertinggi ialah menjadai ahat
Pengikut
Kendaraan Besar (Mahayana) yang terdahulu telah menulis Prajnaparamitasutra
(Puncaknya Pengetahuan), yang mana penafsiran berbeda dituliskan.
Literatur Buddha ada sebanyak perguruannya. Tapi tidak semuanya penting secara filosofis. Beberapa diantaranya bertentangan satu sama lain dalam beberapa masalah pembimbingan, contohnya apakah Bikkhu bisa menggunakan bejana logam atau tidak? Perkembangan doktrin filfsafat lahir di bermacam tingkatan di beberapa perguruan. Karena mereka dapat bebas berpikir lalu menerapkan pemikirannya tersebut, beberapa perguruan menerima elemen lain dari perguruan yang berbeda, maka dari itu terbentuklah perguruan-perguruan gabungan. Di India ada sekitar 30 perguruan Buddhis.
Literatur Buddha ada sebanyak perguruannya. Tapi tidak semuanya penting secara filosofis. Beberapa diantaranya bertentangan satu sama lain dalam beberapa masalah pembimbingan, contohnya apakah Bikkhu bisa menggunakan bejana logam atau tidak? Perkembangan doktrin filfsafat lahir di bermacam tingkatan di beberapa perguruan. Karena mereka dapat bebas berpikir lalu menerapkan pemikirannya tersebut, beberapa perguruan menerima elemen lain dari perguruan yang berbeda, maka dari itu terbentuklah perguruan-perguruan gabungan. Di India ada sekitar 30 perguruan Buddhis.
Buddha dan Mahavira bukanlah sekedar
mitos melainkan tokoh sejarah. Buddha merupakan pendiri agama Buddhis,
sedangkan Mahavira (pahlawan yang besar) ialah pendiri Jainisme. Titik berat
ajaran Buddhisme ada pada rasa belas kasihan dan kearifan. Penekanan ajaran
Jainisme adalah pada kesederhanaan dan tanpa luka.
4 Kebenaran
Mulia
1.
Dukkha Arya Sacca (Dukkhasatya)
Kebenaran Arya tentang penderitaan. 5
pelekatan pada dunia yang merupakan penderitaan: umur tua, sakit, mati,
disatukan dengan yang tak dikasihi, dan tidak mencapai keinginan
2.
Dukkha Samudaya Arya Sacca (Samudayasatya)
Samudaya adalah sebab. Segala
penderitaan pasti ada sebabnya. Contoh: yang menyebabkan orang dilahirkan
kembali karena adanya keinginan pada hidup
3.
Dukkha Nirodha Arya Sacca (Nirodhasatya)
Nirodha adalah pemadaman. Memberhentikan
kesengsaraan dapat dilakukan dengan menghapus keinginan secara sempurna sehingga
tak ada lagi tempat bagi keinginan tersebut.
4.
Dukkha Marga Arya Sacca
Marga adalah jalan kelepasan yang
merupakan cara-cara yang harus ditempuh agar keluar dari kesengsaraan. Mereka
harus melalui Jalan Mulia Berunsur Delapan: Samma Dithi (Pengertian Benar),
Samma Sankappa (Pikiran Benar), Samma Vaca (Ucapan Benar), Samma Kammanta
(Perbuatan Benar), Samma Ajiva (Penghidupan Benar), Samma Vayama (Usaha Benar),
Samma Sati (Perhatian Benar), Samma Samadhi (Konsentrasi Benar).
(tambahan)Jainisme
adalah sebuah agama kuno dari India yang disebut-sebut dari keluarga iman
Dharma. Walaupun pengikutnya adalah kelompok minoritas dengan kurang lebih 49
juta pengikut di India, pengaruh pengikut Jain pada agama, etika, politik, dan
ekonomi cukup besar. Penyebaran luas konsep India seperti karma, ahimsa, moksa,
dan reinkarnasi, sebenarnya berasal dari guru-guru Jain atau dikembangkan dari
sekolah gagasan Shramana, tempat asalnya Jainisme.
Karena
tradisi beasiswa mereka, pengikut Jain dianggap sebagai komunitas paling
terpelajar dan mempunyai perpustakaan tertua di negerinya.
Bpk. Chetan Sangvi, editor dari Jain
Center Darpan Digest dan mantan wakil presiden dari Jain Center California
Bagian Utara di Amerika Serikat dengan indah menjelaskan tentang kepercayaan
Jain.
Chetan Sangvi (L): Tujuan terakhir dari
makhluk hidup, menurut filsafat Jain harus mencapai keadaan suci dari roh,
dengan menghilangkan semua karma yang sudah melekat pada kita hampir selamanya.
Ini adalah keadaan yang sama yang Tirthankar (Guru) kami dan jutaan roh lain
sudah mencapainya. Kita menyebut keadaan ini keadaan Siddha.
Akan tetapi, tujuan pengikut Jain dalam
lingkaran kehidupan mereka sekarang adalah mengikuti jalan yang menaklukkan
kemelekatan dan keengganan. Kami orang awam sudah diperlihatkan langkah
sederhana untuk mengikutinya. Ia melibatkan kepercayaan dalam nilai kunci
tertentu, ajaran kunci tertentu, melakukan meditasi, berdoa, dan kegiatan
rohani lainnya yang akan membantu roh membebaskan dirinya sendiri dari ikatan
karma yang pada akhirnya membawa kita melalui beberapa lingkaran kehidupan
menuju keadaan yang sama sucinya, Siddha. Keadaan sama dimana Tirthankar kami
berada hari ini.
PEMBAWA ACARA: Karma merupakan konsep
kunci dari Jainisme. Gagasan ini sama dengan retribusi atau apa yang disinggung
Alkitab sebagai: “Apa yang kau tabur, itulah yang kau tuai.”
Chetan Sangvi (L): Unsur karma, menurut
Jainisme meliputi seluruh alam semesta. Dengan setiap tindakan yang sadar atau
tidak sadar, muncul seketika pada setiap waktu, unsur karma mengikat roh. Jadi,
dengan perkataan lain, keadaan kita sekarang, bagaimana ia menjadi sekarang
adalah berdasarkan tindakan kita pada masa yang lalu dan bagaimana keadaan kita
di masa yang akan datang tergantung pada tindakan kita yang lalu dan tindakan
yang kita lakukan hari ini.
Dengan demikian, berdasarkan jenis
tindakan yang telah kita lakukan, unsur karmanya bisa kuat ataupun lemah. Ada
tindakan tertentu yang dapat kita lakukan untuk menghilangkan unsur karma.
Tindakan-tindakan ini adalah meditasi, kegiatan rohani, mengendalikan emosi
negatif kita, dan sebagainya. Jadi pada dasarnya menurut Jainisme, roh
bertanggung jawab penuh atas tindakan-tindakannya.
Ahimsa adalah cara hidup dimana kita
mempunyai welas asih yang alami bagi semua makhluk hidup dan menghormati
kebebasan serta kepribadian mereka.
Pengikut Jain menghormati kemerdekaan
semua makhluk hidup dan juga mengerti adanya saling ketergantungan di antara
semua makhluk hidup dan ketergantungan mereka pada lingkungan dimana mereka
tinggal.
Pada tingkat tertinggi, pengikut Jain
percaya bahwa kita harus menjalankan kepercayaan, pengetahuan, dan tingkah laku
yang benar. Ini akan menghasilkan iman yang tercerahkan, pengetahuan
tercerahkan, dan tingkah laku tercerahkan, serta menghasilkan kesucian roh yang
tertinggi. Salah satu prinsip kunci yang memandu latihan ini adalah prinsip
tanpa kekerasan atau ahimsa.
PEMBAWA ACARA: Melalui perbuatan ahimsa,
pengikut Jain percaya bahwa ini akhirnya akan membawa mereka menuju tingkat
pembebasan dari ketergantungan serta ikatan emosional.
Chetan Sangvi (L): Cara ahimsa bahkan
meluas hingga alam semesta yang mengelilingi kita semua. Jadi kita sekarang
membicarakan tentang seluruh kehidupan alam semesta dan bukan kehidupan.
Akhirnya, itu ialah keyakinan, pembelajaran, dan tindakan dari cara hidup
ahimsa yang membawa kita menuju keadaan akhir, keadaan bebas yang akhir,
keadaan bebas dimana kita mencapai keadaan Siddha. Itu adalah keadaan dimana
Anda mulai membersihkan diri Anda dari perbudakan, yaitu perbudakan emosional,
membersihkan diri kita dari semua kemelekatan dan keengganan.
PEMBAWA ACARA: Untuk menghormati hak
hidup dari semua makhluk hidup, Pengikut Jain dengan ketat mematuhi prinsip
tanpa kekerasan.
Chetan Sangvi (L): Kami menyadari bahwa
makhluk hidup saling tergantung dengan makhluk hidup lain dan lingkungannya.
Dengan mengikuti prinsip ahimsa, tujuan pengikut Jain adalah meminimalkan
ahimsa atau kekerasan, atau melakukan kerugian minimal bagi makhluk hidup lain.
Prinsip Jain percaya bahwa semakin tinggi tingkat kesadaran, semakin besar
kemampuan mereka untuk merasakan sakit.
PEMBAWA ACARA: Dalam kepercayaan Jain,
ada lima tingkat kesadaran. Manusia dianggap memiliki kesadaran tertinggi,
sementara tumbuh-tumbuhan berada pada tingkat terendah.
Heena Nandu (P): Jadi pola makan
pengikut Jain berusaha untuk memasukkan makhluk dalam tingkat kesadaran paling
rendah dan melibatkan makanan yang terutama dari tumbuhan. Bahkan, di samping
itu, seorang biarawan Jain atau pengikut Jain yang lain akan mengonsumsi sangat
sedikit makanan, jumlah minimal yang penting bagi kesehatan mereka.
Jadi, kombinasi pola makan mereka lebih
memilih tingkat kesadaran yang lebih rendah, dan hanya menggunakan yang
diperlukan, itu adalah bagaimana ahimsa memandu pola makan kita.
PEMBAWA ACARA: Biarawan Jain yang
mengonsumsi sangat sedikit makanan telah memperlihatkan keefektifan pola makan
ini melalui umur mereka yang panjang dan semangat kesejahteraannya. Praktik
Jain lainnya juga meningkatkan kesehatan.
Chetan Sangvi (L): Kebiasaan makanan
Jain tidak terbatas apa yang kita makan, tapi juga bagaimana kita makan, berapa
banyak kita makan, dan kapan kita makan. Sebagai contoh, salah satu praktik
Jain adalah tidak makan setelah matahari terbenam. Pengetahuan medis sekarang
membuktikan bahwa jika Anda tidak mengonsumsi makanan 3-4 jam sebelum tidur
maka itu cara yang sehat.
Pengikut Jain percaya bahwa pola makan
vegetarian yang menghindari tanaman akar
tertentu seperti bawang putih dan bawang merah, dan sebagainya bukan saja membantu
mengendalikan emosi negatif tertentu tapi juga baik bagi kesehatan mental dan
latihan rohani yang dapat membantu Anda mengendalikan emosi negatif Anda,
menjalankan meditasi yang lebih baik, dan secara keseluruhan menaikkan
kerohanian Anda.
PEMBAWA ACARA: Sudah dibuktikan secara
luas oleh komunitas ilmiah melalui riset dan bukti yang empiris bahwa pola
makan nabati bermanfaat bagi manusia, bukan saja mencegah banyak penyakit yang
disebabkan oleh konsumsi daging seperti kanker dan penyakit jantung, gaya hidup
yang lebih sehat ini dapat membantu memperpanjang usia orang. Pengikut Jain
melangkah lebih jauh dan juga melakukan puasa sebagai bagian dari kehidupan
rutin mereka.
Chetan Sangvi (L): Bagian integral lain
dari latihan pengikut Jain adalah puasa pada waktu tertentu. Penelitian ilmiah
sekali lagi menunjukkan bahwa sebuah pola makan cairan dalam waktu kira-kira
selama periode 24 jam ternyata bermanfaat. Pengikut Jain berpuasa hanya minum
air selama 36 jam.
PEMBAWA ACARA: Pengikut Jain berusaha
meminimalkan karma dari konsumsi makanan, jadi mereka mengikuti pola makan
vegetarian. Juga ada prinsip-prinsip lain yang dilakukan pengikut Jain untuk
mengurangi keterikatan karmanya.
Heena Nandu (P): Prinsip welas asih
adalah bagian integral dari kebiasaan makanan kita. Tapi itu tidak bebas dari
karma, ia meminimalkan sejumlah kekerasan, jadi meminimalkan keterikatan karma.
Selain itu, sesuai dengan prinsip Jain, kita dapat meminimalkan lebih lanjut
keterikatan karma kita dengan mengonsumsi makanan tanpa keterikatan apapun,
tanpa kerja keras untuk mendapat sesuatu yang spesifik, rasa yang spesifik,
atau tergiur oleh rasa itu, dan sebagainya. Tetapi makan makanan untuk asupan
gizinya saja tanpa keterikatan apapun. Pola makan vegetarian tentu merupakan
satu yang menghasilkan jumlah ikatan karma yang paling sedikit.
Chetan Sangvi (L): Kaum Jain menghormati kemerdekaan setiap
makhluk hidup, dan juga memahami saling ketergantungan di antara semua makhluk
dan ketergantungannya dengan lingkungan dimana mereka hidup. Pengrusakan yang
tidak perlu akan ketiga hal ini berpengaruh negatif pada jiwa yang secara
langsung atau tidak langsung mempengaruhinya. Dan sesungguhnya kita tahu bahwa
ia berpengaruh jangka panjang pada ekologi.
PEMBAWA ACARA: Melalui prinsipnya yang
penuh pertimbangan dan mulia, cara hidup hemat kaum Jain secara alami menjadi
sifat ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kenyataannya, ajaran Jain sejak 2.600
tahun yang lalu telah menasihati para praktisinya untuk menahan penggunaan api
yang berlebihan karena menghasilkan karbon dioksida, yang mencemari lingkungan
kita.
Chetan Sangvi (L): Secara tradisi, jika
Anda melihat cara kaum Jain menjalani hidup, dan cara yang telah diajarkan
kepada mereka adalah, menyuruh orang untuk bergaya hidup yang melakukan perubahan
minimal, pengaruh minimal pada lingkungan di sekitar Anda. Kami dilatih untuk
mengonsumsi lebih sedikit. Kami dilatih untuk mempunyai lebih sedikit.
Jadi, kami kaum Jain modern sangat aktif
dalam gerakan hijau. Jelas dalam pilihan makanan, kami hanya mengonsumsi
kebutuhan yang diperlukan untuk bertahan hidup dan menghindari pengrusakan
serta keseimbangan alam.
PEMBAWA ACARA: Seperti halnya guru-guru
tercerahkan yang lain, Tirthankar Jain yang ke-24, Mahavir, menyatakan
bagaimana kearifan spiritual menggantikan sains dalam banyak aspek, dan
bagaimana welas asih menerapkan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Chetan Sangvi (L): Mahavir, 2.600 tahun
yang lalu, mengenali, tingkatan kehidupan dan kesadaran tumbuhan, serta
beribu-ribu mikroba yang ada yang bahkan tidak bisa kita lihat. Makanan kaum
Jain tidak bisa dibuat tanpa menyakiti bentuk kehidupan apapun, tetapi apa yang
kaum Jain sarankan adalah kita ingin meminimalkan sakit yang dirasakan oleh
tumbuh-tumbuhan dan mikroba hidup lainnya.
Mengonsumsi tanaman berbasis-akar dapat
merusak seluruh tumbuhan, sementara memetik buah dari tumbuhan menyebabkan
lebih sedikit kesakitan dan tidak membunuh tumbuhan itu. Jadi untuk alasan
itulah, tradisi Jain telah menghindari makanan tertentu meskipun berasal dari
tumbuhan.
Selain itu, makan tumbuhan tertentu
dapat memperburuk emosi negatif tertentu yang akan menghambat pertumbuhan
spiritual Anda. Jadi jika Anda lihat hal itu, apa yang menarik tentang makanan
kaum Jain, vegetarisme adalah bagian darinya, tetapi pada akhirnya adalah
prinsip ahimsa, dan itu adalah hal yang lebih agung.
PEMBAWA ACARA: Pola makan vegetarian
untuk kaum Jain tidak hanya masalah menghindari daging untuk para penganutnya,
ini adalah perluasan dari kepercayaan ahimsa untuk semua makhluk dan lingkungan
mereka.
Heena Nandu (P): Jain secara tradisional
telah memperbolehkan produk susu, susu, dan produk yang terkait, tapi dengan
jelas tidak mengizinkan telur, terlepas apakah mereka dibuahi atau tidak.
Penting untuk dicatat bahwa pada zaman dahulu, susu dihasilkan dari hewan
piaraan dan hanya susu yang berlebih yang digunakan untuk dikonsumsi manusia,
selaras dengan prinsip ahimsa. Selain itu, secara tradisi, dan bahkan saat ini,
kaum Jain mengeluarkan banyak uang untuk mengurus sapi-sapi tua yang tidak
menghasilkan susu yang telah memberikan susu sepanjang hidupnya.
Tapi sekarang, karena metode produksi
susu besar-besaran oleh peternakan dan perlakuan tidak pantas dari hewan,
banyak kaum Jain modern yang menghindari produk susu juga.
Jain menentang penggunaan madu, karena
kebanyakan metode produksi madu melibatkan pembunuhan banyak lebah. Berhubungan
dengan prinsip yang sama, banyak kaum Jain yang tidak mengenakan sutra. Kembali
lagi, proses produksinya membunuh semua ulat sutra.
PEMBAWA ACARA: Orang Jain juga
menghindari makanan nabati yang dapat menyebabkan efek tidak langsung kepada
makhluk hidup yang lain.
Heena Nandu (P): Yang menarik, sains
mengatakan kepada kita bahwa satu centimeter persegi tanah, di dalam dan di
sekitar akar tumbuhan jauh lebih banyak kehidupan daripada bagian lain dari
tumbuhan yang ada di atas tanah. Tujuan dasar dalam Jainisme sekali lagi adalah
untuk meminimalkan himsa. Dan kami akan mencoba dan melakukan itu apakah kami
makan akar sayuran atau tidak, tentu saja tidak, atau kami makan buah-buahan
dan sayuran dari atas tanah. Jadi kembali lagi, prinsip ahimsa yang membimbing
kami dalam memutuskan apa yang kita konsumsi, yang kita makan, dan yang kita
gunakan.
Garesh Shah (L): Jadi ini adalah
keunikan kaum Jain, bahwa ini bukanlah monopoli kita sepanjang Anda hidup dalam
cara ahimsa, Anda benar dan Anda bisa membawa diri Anda ke keselamatan.
Heena Nandu (P): Berhati-hatilah
terhadap apa yang Anda konsumsi dan darimana ia berasal, itulah yang kita
praktikkan. Banyak Kaum Jain yang melatih pertimbangan yang sama dalam membeli
kebutuhan lain. Sebagai contoh, mereka tidak menggunakan produk kulit,
memeriksa sumber bahan-bahan dalam sampo dan pembersih, dan sebagainya.
Sementara untuk rekomendasi yang lebih ketat, kami ingin menunjukkan bahwa
tidak ada istilah sebuah maklumat dalam Jainisme. Kaum Jain diminta untuk
menjalani hidup dengan ikatan karma minimal, yang artinya meminimalkan jenis
himsa apapun yang Anda lakukan. Jadi kebanyakan kaum Jain mempraktikkan
kepercayaan Jain hingga batas kemampuannya dan lingkungan yang ada, sadar dan
hati-hati akan tindakannya dan efeknya dalam hal ikatan karma untuk orang lain
dan lingkungan di sekitar mereka.
PEMBAWA ACARA: Hidup di dunia yang
sementara, ada sebab dan akibat untuk setiap tindakan. Meskipun upaya keras
diambil untuk menjalani hidup mengikuti hukum ahimsa, masih ada beberapa
balasan yang terjadi. Oleh karena itu, kepercayaan Jain juga termasuk latihan
rohani.
Chetan Sangvi (L): Banyak tindakan masa
lalu kita yang tidak kita ingat karena itu terjadi dalam kehidupan sebelumnya.
Apa yang dalam kendali kita adalah tindakan kita hari ini, dan apa yang kita
rencanakan untuk esok. Jika Anda telah melakukan tindakan, konsumsi makanan
yang telah menjadi makanan karma di masa lalu, Anda melakukan hal yang sama.
Kami sarankan untuk meninggalkan karma Anda. Lakukan latihan rohani, penebusan
dosa, penyesalan, penghargaan, kontemplasi, ketetapan hati untuk tidak
melakukan hal ini lagi. Jadi langkah yang sama itu untuk meninggalkan karma, langkah
ahimsa yang sama untuk membawa Anda ke jalur keselamatan.
PEMBAWA ACARA: Jain percaya jalur non
kekerasan harus diterapkan untuk setiap aspek kehidupan seseorang. Ini akan
membawa dalam pemenuhan yang lebih besar dan kedamaian pikiran.
Heena Nandu (P): Jadi pada dasarnya,
ketika kami berbicara tentang ahimsa, kami ingin mengatakan bahwa Kaum Jain
merasa ahimsa tidak hanya dalam hal makhluk hidup yang lain, tindakan melawan
mereka, tetapi tindakan secara mental dan verbal. Jadi apapun yang Anda lakukan,
sadarlah atau berhati-hatilah dan ketika Anda berpikir dalam hal tindakan
mental, fisik, dan verbal, Anda akan memasukkan lingkungan dalam proses
pemikiran Anda dan Anda akan menjadi lembut terhadap segalanya, dalam seluruh
mikrokosmos di sekitar Anda.
PEMBAWA ACARA: Melalui prinsip Ahimsa
kaum Jain, seseorang secara alami akan cenderung ke pertimbangan yang lebih
besar dan peduli akan sesama manusia dan hewan sesama penghuni Bumi. Pendekatan
kasih ini juga akan meluas ke penjagaan yang lebih baik dari planet kita
bersama.
Chetan Sangvi (L): Pesan pertama kami
adalah cinta kasih dan hormat untuk semua makhluk hidup, serta mencoba untuk
memahami pandangan orang lain, bahkan ketika mereka berbeda dengan Anda dan
bahkan jika mereka tidak setuju dengan Anda, dan bahkan jika Anda tidak setuju
dengan mereka.
Begitu Anda membuka pintu cinta kasih,
berpikiran terbuka, mencoba memahami lingkungan alami di sekitar Anda, mencoba
untuk memahami dunia hewan, mencoba untuk memahami dunia tumbuhan, dunia
mikroba, Anda akan secara otomatis atau secara alami mulai menghindari atau
mengonsumsi makanan berlebihan yang menyebabkan himsa. Dengan berlalunya waktu,
Anda akan menjadi vegetarian alami. Jadi kami menyarankan untuk mendidik diri
Anda, belajar. Pelajari dunia di sekitar Anda dengan pikiran terbuka, dan Anda
secara alami bergerak ke arah itu.
PEMBAWA ACARA: Selama dua puluh tahun
yang lalu, Maha Guru Ching Hai telah menganjurkan pola makan vegetarian, untuk
kembali ke warisan spiritual kita yang mulia. Sebagai tokoh kemanusiaan
terkenal di dunia dan guru spiritual, pesan welas asih Maha Guru Ching Hai
telah menyentuh jutaan orang, yang telah menerapkan prinsip ahimsa dalam
hidupnya.
Garesh Shah (L): Jalur yang Maha Guru
Ching Hai sarankan adalah jalur yang bisa membawa Anda ke keselamatan karena
ini berbicara tentang ahimsa melalui vegetarisme. Ini berbicara mengenai
kebenaran. Dia berbicara mengenai tidak mengumpulkan atau tidak mengambil yang
bukan milik Anda, hidup dengan adil, dan tentu saja, tidak dikendalikan oleh emosi
Anda melalui perilaku seksual yang haram atau mengonsumsi produk dan makanan
yang mempengaruhi keadaan spiritual Anda dan pikiran Anda. Jadi ini adalah
keunikan kaum Jain, bahwa ini bukan monopoli kita. Asalkan Anda hidup dengan
cara ahimsa, Anda sudah benar dan Anda bisa membawa diri Anda ke keselamatan.
PEMBAWA ACARA: Sementara Bumi mengalami
krisis iklim, Maha Guru Ching Hai tak mengenal lelah dalam mempromosikan solusi
penyelamatan planet melalui pola makan vegan melalui berbagai media dan konferensi
untuk menggapai masyarakat luas. Melalui upaya pengabdian seperti itu dan
perubahan lebih lembut dalam hati manusia, ada harapan untuk keberlanjutan yang
lebih besar dari Bumi rumah kita.
Garesh Shah (L): Kita sangat terkesan
dengan pesan Maha Guru dan karya yang Anda serta organisasi Anda sedang lakukan
untuk membawa pesan positif untuk dunia. Kami menemukan hal itu sangat menarik
sehingga banyak khotbah dan filsafat Anda begitu mirip dengan filsafat Jain.
Sepertinya kita menyarankan jalur yang begitu mirip dan saya merasa jika kita
bertukar pandangan, kita pasti bisa membantu menggerakkan dunia ke keadaan
tanpa kekerasan, hijau, dan damai. Atas nama Center Jain California Utara, saya
ingin berterima kasih kepada Maha Guru Anda dan organisasi Anda yang telah
memberikan kami kesempatan ini untuk berbagi pandangan Jain dengan Anda.
No comments:
Post a Comment